BAB 54 : PERPECAHAN.

187 32 16
                                    

Aku sudah sangat muak dengan semua masalah yang ada dalam kehidupanku sekarang, aku sudah lelah menghadapi semuanya. Yang kuinginkan hanyalah dapat hidup damai dalam sisa umurku yang tak lama lagi, hanya itu!

Dengan pertimbangan yang tak matang sepenuhnya, dengan hanya mengandalkan emosi, aku refleks menarik tangan Joe masuk kedalam kerumunan, kakiku menjinjit berupaya menyamakan tinggi badanku dengannya kemudian adegan penuh sandiwara itu terjadi.

Semua orang tampak tercengang memandangku dan Joe, tak seperti dugaan ratusan orang yang tengah melihat adegan romantis gratisan ini. Aku tak menciumnya sama sekali!

Sekali lagi kutegaskan, AKU TAK MENCIUMNYA SAMA SEKALI!

Semua orang yang melihat kejadian ini pastilah mengira jika aku sedang mencium Joe sekarang, tapi pada kenyataannya? TIDAK SAMA SEKALI!

Aku melipat bibirku kedalam agar tak bersentuhan dengan bibir Joe, kemudian untuk mengelabui ratusan orang yang sedang menyaksikan perbuatan nekatku ini, aku menggunakan tanganku yang memegang rahang Joe untuk menutupi ciuman palsu ini.

Itulah kenyataannya!

Air mataku menetes begitu saja setelah mengakhiri sandiwara ini, Rendy memandangku nanar. Melihat seluruhnya masih diam, kuyakin bahwa aku berhasil membohongi semuanya!

Seseorang tiba – tiba mencengkram tanganku keras, aku yang dibuat kesakitan dengan pegangan mautnya refleks menoleh kearah belakang. Naas, yang kulihat adalah. .

JESSICA. .!

Sebuah tamparan keras mendarat dipipiku meninggalkan bekas berupa keperihan yang sepertinya membakar setengah wajahku. Jessica tampak terengah – engah usai melakukan aksinya itu, sementara aku hanya memandangnya datar, pasrah dengan apa yang akan terjadi berikutnya.

Dewi batinku meruntuki kecerobohanku barusan, tapi apa boleh buat? nasi sudah menjadi bubur!

"Dasar munafik!! temen makan temen!" umpat Jessica kemudian.

Aku hanya memandangnya tanpa perlawanan, benar – benar pasrah dengan semuanya!

"Dari kecil gue selalu membagi apapun yang gue punya sama loe, termasuk kasih sayang nyokap gue! tapi kayaknya itu membutakan loe. .! sekarang apa yang loe lakuin? loe munafik, Mell!" seru Jessica memuntahkan semua isi kebencian yang ditahannya sejak kemarin.

"Iya! gue munafik, Jess. .! gue munafik!" jawabku lirih.

"Kalo loe masih minta gue jangan terluka karena perbuatan loe, gue nggak bisa! hari ini loe bener – bener buat gue hancur, Mell. .!" ujar Jessica mulai terisak.

"Iya! gue buat loe hancur, Jess. ." aku coba mengiyakan semua kalimatnya, agar semua tak makin rumit.

"Loe hancurin semuanya!! loe hancurin impian Selfie dengan buat dia kecelakaan, loe hancurin gue sama Koko dengan cara kotor dan menjijikan! semuanya hancur karena loe, Mell. .,"

"Iya. Gue hancurin semuanya. .!" aku juga mengiyakan kalimat Jessica barusan, walau sebenarnya Selfie yang telah menghancurkanku.

"Loe bener – bener. ." Jessica yang kelihatan marah menjambak rambutku keras, ia semakin brutal dengan berusaha mengacak – acakku yang berdiri didepannya.

Joe yang berdiri didekatku langsung berusaha memisahkanku dari amukan ganas Jessica, yang lainnya? hanya menjadi penonton gratisan pastinya!

"Jess. . berhenti. .!!" seru Joe masih berusaha melerai.

"Gue nggak bakal berhenti! biarin gue habisin orang munafik ini!!" seru Jessica penuh ambisi untuk menghabisiku.

"Jess, sadar! dia sahabat loe!" ujar Joe.

Valentine Flower In December✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang