BAB 50 : AKU ATAU DIA?!

164 28 2
                                    

Teror Selfie yang sudah kelewat batas berhasil membuatku tak bisa tidur semalaman. Aku hanya duduk sambil memeluk kedua lututku hingga matahari muncul esok paginya, ketakutan akan ancamannya seakan menghantui kehidupanku.

Jika dia nekat mengirim ular berbisa ke rumahku, bukan berarti dia tak berani melakukan hal mengerikan lainnya. Dia benar – benar sudah gila!

Mataku menatap kosong, ketakutan – ketakutan nyata seolah telah merasuki jiwaku dan menggerogoti rasa kepercayaan diriku.

"Makan dikit ya, Mell. ." suruh Jessica.

Aku menggeleng lemas, "Nggak, Jess. . gue nggak laper!"

"Dari kemarin loe belum makan, ntar loe sakit lagi! ayo, dikit aja!" paksa Jessica.

Aku menggeleng sambil menjauhkan sesuap nasi yang akan diberikan Jessica untukku, "Gue nggak laper!"

"Moy. ." sapa Rendy yang berdiri dipintu kamarku.

Aku langsung berlari kemudian memeluknya, "Akhirnya kamu dateng! aku kira kita nggak bakal ketemu lagi!"

"Mana mungkin, kita kan ada jadwal belajar bareng hari ini. ." ujar Rendy.

"Hm. . mending jangan diajak belajar dulu, Ko!" larang Jessica.

"Loh! kenapa?"

"Kondisi Mellyna belum stabil dari kemarin, dia juga nggak mau makan sama sekali. Mending loe ajak dia keluar rumah untuk refreshing." suruh Jessica.

"Hm.. mau jalan nggak?" tanya Rendy.

Aku manggut, "Mau! asal sama kamu, aku mau!"

***

Rendy mengajakku jalan santai di taman kota, melihat pohon besar berwarna hijau membuat suasana hatiku sedikit lebih baik. Aku menghela nafas panjang mencoba me-refreshing kinerja otakku yang seolah didesak oleh ancaman – ancaman Selfie yang sepertinya bukan cuma gertakan semata.

"Kamu tunggu disini bentar ya. ." ujar Rendy setelah kami duduk disalah satu bangku taman.

Aku menahan tangannya, "Ehh! kamu mau kemana? jangan pergi!!" tahanku.

Rendy tertawa tipis, "Ihh! kok jadi posesif gitu? aku cuma mau kesana bentar aja."

"Kesana? kemana?" tanyaku.

"Mau ke toilet umum, mau ikut??" tanya Rendy dengan tatapan menggodaku.

Aku melepaskan tanganku yang menahan tangannya, "Hm.. Nggak!"

"Tunggu bentar ya, cantik! aku pasti kembali." ujarnya sebelum pergi meninggalkanku.

"Jangan lama – lama!!" teriakku.

Aku menghela nafas lagi, berusaha memikirkan jalan keluar dari teror Selfie yang terus – menerus menyerangku. Haruskah aku membuka semuanya pada Rendy? atau aku langsung lapor pada polisi?

Tapi aku belum punya bukti yang cukup kuat untuk menjebloskan Selfie ke balik jeruji besi. Jika terus diam dalam ketakutan seperti ini, lama – lama aku yang akan gila oleh terornya!

ARG!!

Apa yang harus aku lakukan?!!

"Tarraaaa. . !!" ujar Rendy menyodori aku es krim matcha kesukaanku dari belakang.

"Waahhh.. matcha!!" teriakku kegirangan sambil mengambil es krim itu dari tangannya.

Tanpa basa – basi lebih lama lagi, aku langsung menyantap es krim kesukaanku itu, berharap banyak pada kandungan teh hijau didalamnya agar bisa memperbaiki mood-ku yang sedang kacau balau.

Valentine Flower In December✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang