BAB 49 : CEWEK PSIKOPAT!!

135 26 6
                                    

Aku bungkam saat diantar Rendy pulang menuju ke rumahku, pikiranku masih belum bisa melupakan bagian demi bagian dari peristiwa yang terjadi di rumah Rendy barusan. Melihat tante Olive, Rendy dan Selfie tertawa bersama dan seketika melupakan keberadaanku saja sudah membuatku merasa dicampakkan.

Ditambah ancaman yang dilontarkan Selfie padaku ditoilet rumah Rendy tadi. . .

***

Aku menatap bayangan wajahku yang agak pucat dicerimin yang ada di toilet, pikiranku berimajinasi merangkai kejadian – kejadian buruk yang mungkin saja terjadi di masa depan tentang hubunganku dengan Rendy.

"Ehm. .!" dehem seseorang mengangetkanku.

Imajinasiku buyar, aku lantas memandang gadis disebelahku datar. Malas bertemu dengannya karena sebenarnya aku malas dengan perdebatan yang pasti terjadi ketika aku dan wanita bertubuh tinggi ini bertemu.

"Loe ngelamunin apaan sih? jangan terlalu sering mikirin Rendy aja. ." suruh Selfie santai sambil mencuci tangannya di wastafel.

"Kenapa gue nggak boleh mikirin dia? dia kan pacar gue!!" seruku.

"Oh ya? jangan terlalu bangga dengan status pacaran loe sama Rendy deh! orang nikah aja bisa cerai, apalagi pacaran kan masih bisa putus! ditambah hubungan loe sama Rendy yang masih backstreet gitu! itu sama aja kayak orang nggak pacaran!" kata Selfie mengomporiku.

Aku bersender di wastafel sambil tersenyum santai memandangnya, "Oh begitu ya, Fie? gue udah belajar jadi anak yang cuek sih dari tante Olive, dia bilang nggak usah perduliin omongan orang lain tentang hubungan gue sama Rendy. ."

"Tapi gue bukan orang lain!!" seru Selfie sambil menunjuk wajahku dengan tatapan mengintimidasi.

"Wow! sabar, buk! slow aja lagi! kenapa loe yang jadi panas? bukannya loe yang kompor disini. . ups! kompor kan emang panas yak?!" sahutku berusaha sesantai mungkin.

"Gue peringatin lagi untuk menjauh dari Rendy! karena pisau siap menusuk kapan saja! gue nggak bakal tinggal diem lagi!" ancam Selfie.

"Ya udah! monggo. . silahkan buang – buang tenaga loe untuk berusaha merusak hubungan gue sama Rendy, tapi kayaknya nggak bakal berhasil sih!" ujarku tetap santai.

Selfie dengan ganas menarik keras rambutku, "Jangan pernah macem – macem sama gue! hari ini loe udah nantangin seorang Selfie! jangan kira permainan kita bakal kayak mainan anak kecil ya, Mell! gue udah peringatin loe sebelumnya, jadi. . siap – siap aja!!"

Aku meringis kesakitan karena rambutku ditarik oleh Selfie, "Gue nggak takut!"

Selfie menarik rambutku lebih keras, "Oke! kita liat aja. . apa omongan loe itu emang bener atau malah dengan sedikit kejutan yang gue kirim ke rumah loe, loe bakal nangis darah karena ketakutan. ." ancam Selfie lagi.

"Aww. . lepasin!" pekikku yang kesakitan.

"Baru gini doang udah sakit? tunggu hadiah dari gue, Mell!" ujar Selfie akhirnya melepaskan rambutku secara kasar.

Aku mengelus – elus rambutku yang seolah akan rontok semua karena tangan kasar Selfie yang menariknya. Aku menatap Selfie geregetan! ingin rasanya kucakar – cakar wajahnya hingga dia tak bisa sersenyum sinis menatapku seperti ini.

***

"MAMOY. .!!" teriak Rendy keras

"Hah?! apa?" umpatku kaget setengah mati, membuat pikiranku yang mengingat ancaman dari Selfie tadi buyar.

"Kamu lagi kepikiran apaan sih? dari tadi aku ngomong dikacangin melulu. . jangan bilang kepikiran oppa ganteng itu? sekarang sebut! lagi kepikiran si tentara pasukan khusus Korea atau si ahjussi rasa opa?" tanya Rendy yang masih sibuk menyetir mobilnya menuju ke rumahku.

Valentine Flower In December✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang