Deva menatap pantulan dirinya dicermin sambil tersenyum bahagia. Ia merapihkan letak dasinya lalu ia merapikan rambut yang baru dicukur kemarin. Tepat sehari sebelum ia masuk sekolah barunya.
Setelah dirasa siap, Deva melangkahkan kakinya keluar kamar lalu menuju keruang makan. "Pagi, Ma..." sapa Deva pada Hilda, mama nya.
"Pagi juga, sayang.. Ayo makan..." Hilda tersenyum hangat pada anak lelakinya itu.
Deva mengangguk lalu mengambil nasi dan lauknya. Ia melahap sarapanya itu dengan lahap.
Setelah selesai sarapan, Deva pamit pada Hilda untuk berangkat kesekolah, "Ma, Deva berangkat sekolah dulu," pamit Deva lalu cowok itu mengambil helm dan kunci motor.
Hilda tersenyum lalu menasihati anaknya, "jangan gaul sama anak nakal, Dev.. Terus jangan kebut-kebutan..." nasihatnya.Deva tersenyum kecil, "Ma, mama udah ngomong itu sekitar sepuluh kali dari malem, Ma.." ujar Deva.
"Kamu hitung?"
Deva mengangguk, "Deva berangkat, Ma.. See you.."
[ NOT SAME ]
Deva mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru kelas X-c. Kelas barunya di SMA Tunas Pelita. Sebagian teman-teman barunya sudah berdatangan dan langsung memilih tempat duduknya.
"Gue bisa duduk disini?" pertanyaan seseorang membuat pandangan Deva teralihkan pada seseorang yang tengah menunjuk bangku kosong disebelah Deva.
"Oh? Ya sihlakan aja." sahut Deva seraya tersenyum kecil.
Cowok itu menghaturkan terimakasih lalu duduk dibangku sebelah Deva. "Kenalin, gue Sandi." ujar cowok bernama Sandi itu seraya menyodorkan tanganya pada Deva.
"Deva Haris. Panggil Deva aja," Deva menjabat tangan Sandi lalu menurunkan jabatan tanganya lagi.
"Semoga kita cocok,"
"Gue bukan homo, Sandi..."
"Lo bego, ya, Dev? Maksud gue, semoga kita cocok jadi temen." Sandi mendelik sebal, "gue juga masih suka sama cewek kali, Dev... Astaga..." Sandi menepuk dahinya.
Deva tertawa lalu geleng-geleng, "lo sih, ngomongnya gak lengkap banget, astaga... Bilang kek 'semoga kita cocok jadi temen, ya, Dev' atau apa gitu.." ujar Deva lagi.
"Eh! Lo tau gak, Dev? Katanya kita satu kelas sama cewek pinter.." ujar Sandi heboh.
"Ya terus kenapa kalau dia pinter?" tanya Deva, "gue waktu SMP biasa aja tuh satu kelas sama yang pinter-pinter," lanjut Deva.
"Katanya, NEM UN dia itu paling tinggi waktu daftar disini." sahut Sandi.
"Lo udah tau gosip aja ternyata bro. Padahal belum 24 jam kita disini," Deva geleng-geleng kepala.
"Sodara gue, bahkan anak kelas XI pun tau loh, Dev!"
"Namanya siapa?" tanya Deva.
"Tasalia Putri," tiba-tiba senyum Sandi mengembang, "Dev, itu orangnya, Dev!" seru Sandi dengan volume sedikit pelan. Matanya menatap cewek berambut sebahu yang baru saja memasuki kelas X-c.
Mata Deva ikut menatap kearah tatapan Sandi. Dan matanya langsung menangkap sosok cewek dengan rambut sebahu dengan tas ransel berwarna tosca yang tersampir dibahunya. "Oh itu..." ujar Deva seraya melepas tatapanya dari Tasalia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Novela JuvenilNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...