"Dev, aku minta kamu tetep di samping aku ya? Temenin aku. Aku bener-bener butuh kamu, Paman Jhon, dan Rafa sekarang. Aku cuman punya kalian..." Tasalia menunduk. Menyembunyikan air matanya yang mulai berjatuhan.
"Hei," Deva menyentuh lengan Tasalia. Tangannya terasa dingin saat Deva menyentuhnya. "Emang kenapa? Tanpa kamu minta, aku bakal tetep ada di sini." Deva mengusap tangan Tasalia dengan lembut. Ia tidak peduli dengan tatapan pengunjung restoran yang daritadi memperhatikan mereka berdua.
"Maaf, aku selalu repotin kamu, bikin kamu kecewa, bikin kamu marah, suka ngilang tanpa kabar, maaf..." Tasalia menyingkirkan tangan Deva yang sedang menyentuh tangannya. "Aku minta maaf juga karena aku egois." lanjutnya.
Mendengar itu, Deva terkekeh kecil. Walau dalam hatinya, ia bertanya-tanya. "Kok malah maaf-maafan? Lagian, apa yang kamu katain itu gak bener, Ya... Harusnya aku yang minta maaf sama kamu." ujar Deva.
"Enggak, Dev..."
"Kenapa? Kok tiba-tiba minta maaf?"
Tasalia diam. Dia bingung mau menjawab apa. Akhirnya, ia hanya bisa menggelengkan kepala sebagai jawabannya.
"Tolong untuk tetep ada di samping aku ya, Dev, apapun yang terjadi..." ujar Tasalia. Ia menatap manik mata Deva.
"Janji!" ujar Deva penuh dengan keyakinan. "Tanpa kamu minta pun, aku bakal jaga dan ada saat kamu butuh."
[•••]
Seminggu berlalu, entah mengapa Tasalia merasakan kondisinya semakin tidak baik. Bahkan ia tidak merasakan efek apa-apa dari obat yang rutin ia minum setiap harinya.
"Bu, apa jangan-jangan, bentar lagi?" gumam Tasalia sambil menatap foto Ibunya.
"Ya ampun, Ta, jangan ngomong gitu!" Tasalia tersadar. Ia membantah omongannya sendiri walau hatinya tidak yakin.
Entah sudah berapa lama ia menatap foto ibunya. Hingga akhirnya, fokusnya teralih saat pintu rumahnya diketuk dengan tidak sabaran.
"Ya? Bentar!" teriak Tasalia sambil berlari kecil ke arah pintu rumahnya.
Namun, pandangan Tasalia seketika terkunci saat melihat Anita yang mengetuk pintu rumahnya. Ada perasaan bingung sekaligus cemas.
"Ada perlu apa?" tanya Tasalia dengan hati-hati.
"Gue ada perlu sama lo," Anita menatap Tasalia dari atas sampai bawah. "Bisa lo ikut gue?"
"Ke mana?" tanya Tasalia.
"Gak usah banyak tanya, ikut gue aja!"
"Oke, tunggu bentar."
Setelah itu, Tasalia kembali masuk ke dalam rumah. Ia mengganti pakaiannya dan memasukan beberapa barang yang menurutnya penting ke dalam tas sling bag.
"Ayo, Nit." ujar Tasalia saat sudah kembali ke hadapan Anita.
Tanpa banyak bicara, Anita memasuk ke dalam mobil, disusul oleh Tasalia. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Fokus pada pikiran masing-masing.
Betapa terkejutnya Tasalia saat Anita membelokan mobilnya ke sebuah rumah. Rumah yang tidak asing bagi Tasalia karena ia pernah beberapa kali ke sini. Walau hanya hitungan jari.
"Nit, lo ngapain bawa gue ke rumah lo?" tanya Tasalia pelan. Padahal dalam hatinya, ia sangat khawatir dan takut.
"Gue mau bilang sesuatu sama lo. Karena ini menyangkut lo juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Teen FictionNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...