"Lo udah cerita sama siapa aja tentang hubungan gue dan elo?" cecar Rafa pada Tasalia.
Tasalia menghela napas. Daritadi Rafa menanyakan hal yang sama dan ia sama sekali belum menjawab.
"Jawab, Ta! Lo punya mulut kan?!" bentak Rafa yang mulai jengah karena pertanyaan darinya tidak kunjung dijawab oleh Tasalia.
"Malu gak dilihatin sama tetangga?" sinis Tasalia. Daritadi ia tidak menjawab karena tidak mau memancing emosi Rafa dan membuat mereka jadi bahan tontonan tetangganya. Bahkan sekarang saja, mereka sudah mulai diperhatikan oleh tetangga-tetangga Tasalia.
Rafa mengusap wajahnya dengan kasar. "Cepet jawab!" desis Rafa geram.
"Menurut lo aja gue cerita sama siapa." sahut Tasalia.
"Deva?"
Tasalia mengangguk.
"Jangan cerita sama siapa-siapa lagi." pesan Rafa dengan nada suara yang terkesan tidak suka.
"Gak ada niatan tuh buat cerita sama orang lain selain Deva." sahut Tasalia.
"Bagus."
"Lagian, sepandai apapun gue dan elo nutupin semua ini, lama-lama akan terbongkar juga bukan? Gak ada rahasia yang bisa disembunyiin terus-menerus," Tasalia tersenyum sinis. "Kecuali kalau kunci rahasianya hilang, mati. Gue, Deva, dan keluarga lo mati. Rahasia ini kayaknya gak akan tersebar lagi." lanjut Tasalia.
Rafa menggeram kesal. Emosinya tidak stabil. Bahkan perkataan Tasalia barusan mampu membuatnya emosi. Selain emosi, hatinya juga teriris saat mendengar perkataan Tasalia. Dahulu perkataan Tasalia sangat lembut. Tapi sekarang tidak.
"Lo berubah." desis Rafa lagi.
Tasalia tergelak. "Berubah apa? Jadi Ultraman?" tanya Tasalia dengan nada merendahkan.
Rafa menghela napas kemudian menghembuskannya dengan sekali hentakkan. "Lo berubah. Bukan Tasalia yang gue kenal dulu." ujar Rafa.
"Setiap orang berhak berubah. Entah menjadi lebih baik, ataupun menjadi buruk," Tasalia tersenyum sinis. "Kalau gue sih kayaknya dua-duanya." lanjutnya.
"Ke mana Tasalia yang gue kenal dulu?" tanya Rafa lirih.
Tasalia tertawa. Tertawa miris lebih tepatnya. Bahkan matanya sudah memanas. Siap menumpahkan cairan berwarna bening.
"Ke mana Tasalia yang dulu?" ulang Rafa.
"Tasalia yang dulu udah mati bersama Ibunya." sahut Tasalia lirih.
Rafa terdiam. Cukup terkejut mendengar jawaban dari Tasalia. Adiknya berubah. Dan ini karenanya. Karena keluarganya.
"Sekarang lo balik." usir Tasalia. Cewek itu kemudian menutup pintu rumahnya. Membiarkan Rafa yang masih berdiri di teras rumahnya.
Setelah menutup dan mengunci pintu rumah, Tasalia segera terduduk dengan lemas di balik pintu. Ia memeluk lututnya sendiri.
"Raf..." bisik Tasalia. Kemudian, air matanya mulai berjatuhan dan isakan mulai terdengar.
Ia ingin hubungannya dengan Rafa membaik. Ia ingin seperti adik-kakak seperti umumnya. Yang saling menyayangi dan melindungi. Ia ingim Rafa yang dulu.
"Kenapa gue emosian mulu?" lirih Tasalia pada dirinya sendiri.
Setelahnya, Tasalia hanya menangis di balik pintu sambil memeluk lututnya sendiri.
Terkadang, ada seseorang yang berubah karena pernah dikecewakan sebelumnya. Dan mungkin Tasalia termasuk dalam kategori 'berubah karena pernah dikecewakan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Novela JuvenilNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...