Not Same 10

1.7K 107 0
                                    

Rafa kecil tengah bermain ayunan. Sendirian. Lagi. Sosok Tasalia, yang ia kenal beberapa hari lalu belum muncul. Entah kemana. Padahal, sekarang Rafa ingin bermain.

"Rafa!!!" teriakan cempreng seorang anak perempuan mampu membuat perhatian Rafa teralihkan.

Rafa tersenyum saat melihat sosok Tasalia tengah berlari kecil kearahnya. "Hai, Raf!" sapa Tasalia lalu duduk di ayunan sebelah Rafa.

"Hai juga, Tasa.. Kamu kemana aja?" tanya Rafa.

"Hehe.... Kemarin aku gak boleh main sama Ibu. Gak tau kenapa. Padahal aku pingin main sama kamu." Tasalia kecil mengerucutkan bibirnya.

"Gak usah manyun-manyun gitu. Jelek. Kan sekarang kita udah main lagi." sahut Rafa. "Eh iya, aku manggil kamu nya jangan Tasalia ah. Kepanjangan. Kalau manggil 'Tas' kesanya, kayak manggil barang." ujar Rafa.

"Mmm... Gimana kalau manggil Yaya aja? Aku dirumah dipanggil Yaya soalnya." ujar Tasalia.

"Jadi, mulai hari ini, aku manggil kamu Yaya." ujar Rafa. Tasalia mengangguk.

"Main pasir lagi, yuk?!" ajak Rafa bersemangat.

"Ayok!"

[ NOT SAME ]

Rafa terkekeh miris saat kenanganya bersama Tasalia kembali berputar diotaknya. Ia tidak bisa membayangkan, karena kejadian itu, persahabatanya dengan Tasalia hancur.

"Kenapa harus gini, Ya?" tanya Rafa pada dirinya sendiri. "Kenapa harus lo?" tanya Rafa lagi.

Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Diliriknya foto dirinya dan Tasalia yang tengah tersenyum dengan tatapan sendu. Rafa menunduk. "Sekuat apapun gue benci sama lo, pada akhirnya gue gak bisa." Rafa menghela nafas panjang. "Karena lo adalah cewek yang harus gue lindungi selain Kak Rifa dan Mama." lanjut Rafa.

[ NOT SAME ]

Tasalia menatap nanar seorang wanita paruh baya yang tengah terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

Tasalia menggenggam erat buket bunga yang ia bawa saat kakinya melangkah mendekati wanita itu. Perasaan Tasalia berubah menjadi gugup.

Tasalia menyimpan buket bunga itu diatas nakas lalu ia duduk diatas kursi yang terletak disebelah ranjang. Ia mulai memperhatikan wajah wanita paruh baya itu lekat-lekat.

"Ibu...." bisik Tasalia. Air matanya siap meluncur bebas.

Tasalia mengusap air matanya yang sudah jatuh dengan kasar. "Ibu apa kabar?" lirih Tasalia.

"Ibu, Tasalia datang walau Ibu gak pernah minta Tasalia untuk datang kesini." sesak memenuhi rongga dada Tasalia. "Tasalia tau, Bu.. Kalau Tasalia datang kesini, yang ada Ibu makin sakit." lirih Tasalia.

"Tapi Tasalia pingin nengok Ibu." Tasalia merasakan air matanya jatuh semakin deras.

"Tasalia sayang Ibu walau Ibu benci sama Tasalia."

"Ya jelas benci lah! Orang Ibu lo ngerusak keluarga kita!" sahut seseorang.

Tasalia memejamkan matanya. Ia sangat hafal betul suara itu. Suara dingin dan sarat akan kebencian. "Tasalia pulang, Bu..." pamit Tasalia lalu berdiri dan keluar dari kamar rawat inap Ibu-nya.

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang