Not Same 32

1.3K 76 5
                                    

Deva mengetuk pintu rumah Tasalia sekali lagi. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya sosok Tasalia keluar. Senyum Tasalia merekah saat melihat sosok Deva yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Temenin aku jalan-jalan yuk?" ajak Deva to the point.

"Kemana?" tanya Tasalia heran.

"Kemana aja. Mau ke tempat pembuangan sampah akhir sekalipun, kalau sama kamu mah semuanya terasa indah." sahut Deva sambil terkekeh.

"Gombal!" Tasalia terkekeh. "Ya udah tunggu sebentar." pintanya.

Deva duduk di kursi teras rumah Tasalia. Sambil menunggu Tasalia bersiap-siap, ia memainkan ponselnya. Sampai suatu pesan masuk ke dalam ponselnya.

Karena kesal, akhirnya Deva menon-aktifkan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena kesal, akhirnya Deva menon-aktifkan ponselnya. Ia segera memasukan ponselnya itu ke dalam saku celananya.

Tidak lama kemudian, Deva melihat Tasalia yang sudah siap. Hanya memakai kaos oblong, celana levis, dan polesan make-up tipis—yang Deva tebak hanya memakai bedak dan lip gloss saja—Tasalia sudah terlihat cantik di mata Deva.

"Udah siap?" tanya Deva memaksakan seulas senyuman.

"Udah!" jawab Tasalia bersemangat.

Di dalam mobil, mereka sama-sama diam. Tasalia yang asik melihat jalanan dan Deva yang sibuk memikirkan darimana Anita mendapatkan nomor ponselnya.

"Dev, kamu kenapa kayak yang bad mood gitu?" tanya Tasalia memecahkan keheningan.

"Kelihatan banget ya?" Deva terkekeh kecil.

"Banget. Kenapa sih?" tanya Tasalia. "Cerita coba."

Deva menghela napas panjang kemudian menghembuskannya dengan kesal. "Biasalah si Nenek sihir itu."

"Nenek sihir?" Tasalia mengerutkan dahinya bingung.

"Iya. Anita." ketus Deva.

Tasalia terkekeh melihat ekspresi kesal Deva. "Emangnya Anita kenapa lagi?" tanyanya lembut.

"Anita nge WA aku. Pake sayang-sayangan segala. Jijik tau gak." ujar Deva masih dengan nada suaranya yang ketus.

"Terus kamu jawab apa?" tanya Tasalia penasaran.

"Ya udah aku suruh dia cari om-om aja!" celetuk Deva.

Tasalia tertawa. Merasa jawaban Deva itu lucu. "Dev, ya ampun... Kok ngakak ya?" tanyanya yang masih saja terus tertawa.

"Ngakak dilihat dari ujung Patung Pancoran sih iya!" ketus Deva lagi.

Tasalia menghentikan tawanya. Kemudian ia menatap lembut Deva yang kini tengah fokus pada jalanan di depannya. "Jangan bad mood gitu, Dev... Nanti jalan-jalannya gak seru." ujarnya.

Deva menghela napas lagi. Mencoba mengatur emosinya kembali. Mencoba meredakan amarahnya yang tersulut gara-gara pesan yang Anita kirimkan.

"Oke! Aku udah gak bad mood lagi." ujar Deva sambil terkekeh.

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang