Not Same 51

1K 65 10
                                    

"Yaya? Kenapa?" Deva bertanya dengan nada khawatir. Ditatapnya Tasalia yg sedang duduk di sebelahnya dengan tatapan tidak bisa diartikan.

"Gak apa-apa. Ayo lanjut!" Tasalia berdiri. Ia menggenggam tangan Deva. Menariknya untuk ikut berdiri juga.

Mereka sedang berada di pasar malam. Selepas pulang sekolah, Deva mampir ke rumah Tasalia dan mengajaknya untuk mengunjungi pasar malam ini.

Cukup sulit mengajak Tasalia ke sini. Apalagi Rafa yang keras kepala menolak permintaan Deva untuk mengajak Tasalia ke pasar malam yang jaraknya hanya satu kilometer dari rumah Tasalia.

Namun akhirnya, karena paksaan Tasalia juga, Rafa dengan berat hati mengizinkannya pergi ke pasar malam bersama Deva dengan beberapa syarat.

"Ya, tangan lo dingin dan berkeringat. Istirahat dulu. Jangan dipaksa," ujar Deva. Ia menghentikan langkahnya.

"Ih, Deva! Ayo... Aku mau naik bianglala," Tasalia berujar dengan nada memelas.

"Istirahat lagi ya?"

"Kan tadi udah,"

"Lagi. Tangan kamu dingin dan berkeringat. Aku takut kamu kenapa-napa,"

Tasalia diam. Akhirnya ia mengangguk setuju. Karena diam-diam, ia merasakan pusing yang mulai menderanya dan juga tubuhnya yang semakin lemas.

"Pulang aja ya?" tawar Deva setelah mereka duduk di sebuah kursi panjang.

"Enggak, tadi kamu ngajaknya istirahat. Bukan pulang," sahut Tasalia. Ia menatap Deva sendu.

"Kamu pucet, aku—"

"Aku masih mau naik bianglala, Dev!" ujar Tasalia yang masih teguh dengan pendiriannya. Padahal tubuhnya terasa semakin lemas dan pandangannya mulai kabur-kaburan.

"Besok lagi ya? Sekarang kita pulang dulu... Aku gak mau kamu makin sakit," Deva masih berusaha membujuk Tasalia.

"Deva sahabatku yang baik... Ayo dong kabulin permintaan aku buat naik bianglala," dan Tasalia masih keras kepala dengan permintaannya.

"Bukan gitu, Tasalia. Tadi kan Rafa bilang jangan terlalu lelah. Dan aku yakin kamu udah lelah,"

"Enggak! Kamu jangan sok tahu! Aku gak lelah sama sekali! Aku masih kuat! Jangan mentang-mentang aku penyakit—"

"Tasalia, aku gak maksud beg—"

"Aku pulang!"

Dan belum sepuluh langkah Tasalia berjalan meninggalkan Deva, ia tumbang.

[ NOT SAME ]

"Goblok!" Rafa meninju dinding rumah sakit. Ia merasa gagal menjaga Tasalia.

"Gue minta maaf. Gue gak bisa jaga Ta—"

"Bacot!" Rafa memotong pembicaraan Deva. Ia menatap tajam cowok itu. "Udah gue bilang! Jaga Tasalia baik-baik! Malah gini kan jadinya!" lanjut Rafa dengan nada marah.

"Gue udah paksa dia pulang. Tapi dia kekeuh dan akhirnya dia—"

"Udah, diem! Gak usah banyak bacot lo! Berisik!" Rafa melayangkan tatapan tajamnya lagi. Setelah itu, ia melangkah meninggalkan Deva.

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang