Not Same 41

1.2K 68 4
                                    

"Ta, kamu kenapa sih?" Deva menahan pergelangan tangan Tasalia.

"Gue lagi gak mau diganggu sama lo, Dev! Ngerti gak sih?!" bentak Tasalia dengan kesal.

Deva diam mendengar bentakan Tasalia. Tidak seperti Tasalia yang biasanya.

"Capek kenapa, Ya? Jelasin sama aku supaya aku paham." pinta Deva sambil menatap sendu Tasalia.

"Gue pingin sendiri dulu, Dev. Gue pingin nenangin diri dan otak gue. Paham?" Tasalia menatap Deva dengan pandangan tidak bisa diartikan.

"Oke, aku paham." akhirnya, Deva berusaha untuk mengalah. Ia melepaskan cekalan pada pergelangan tangan Tasalia.

"Makasih." Tasalia tersenyum tipis

"Tapi kalau ada apa-apa, hubungi aku," pesan Deva. "Aku bakal siap sedia." Deva terkekeh kecil. Berusaha terlihat baik-baik saja.

"Oke."

Deva menyandarkan punggungnya pada dinding koridor kelasnya. Ia menatap Tasalia yang perlahan berjalan menjauhinya.

"Gue salah apa..." gumam Deva tidak habis pikir. Ia memijat pelipisnya sebentar.

"Gimana, Bro, gimana?"

Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahu Deva. Membuat cowok itu terlonjak kaget.

"Kampret!" maki Deva kesal.

Sandi menyengir. Memasang wajah tanpa dosanya di hadapan Deva. "Gimana tadi?" tanyanya.

"Ya gitu. Tasalia bilang pingin sendiri dulu." balas Deva dengan nada lesu.

"Ya udah, biarin aja lah, Bro. Mungkin dia bener-bener pingin sendiri."

"Hm,"

"Daripada lo uring-uringan kek gini, mending lo ikut party sama gue." saran Sandi sambil terkekeh.

"Sesat." komentar Deva.

"Eh, serius gue! Temen gue ulang tahun, anjir. Gue gak ada temen ke sananya."

"Kayak homo aja lo ngajak-ngajak gue." sinis Deva.

"Geblek!" Sandi menggeplak kepala Deva dengan kesal. "Gue masih normal, anjir." lanjutnya.

"Ya udah sih gak usah sampai geplak-geplak kepala gue!" ujar Deva dengan kesal.

"Bodo!" balas Sandi. "Pokoknya nanti gue tunggu jam tujuh malem. Gue share location-nya nanti."

Deva diam saja. Namun otaknya berkata apa salahnya menerima ajakan Sandi?

[ NOT SAME ]

Tasalia membaca satu per satu pesan yang Deva kirimkan padanya dari kemarin. Ada ribuan pesan dari Deva dan puluhan missed call darinya.

"Kok aku jadi merasa bersalah, ya?" gumam Tasalia pelan.

"Aku butuh kamu, Dev..." gumam Tasalia lagi. Ia memeluk ponselnya yang masih menampilkan berbagai pesan masuk dari Deva.

Setelah beberapa saat terdiam, Tasalia menghela napas panjang. Mengembalikan pikirannya yang tadi melayang ke mana-mana.

Tasalia melirik jam dinding yang baru menunjukan pukul tujuh malam kurang sepuluh menit.

Akhirnya dengan tekat yang bulat, Tasalia menelepon Deva.

Namun hasilnya nihil. Deva tidak mengangkat teleponnya. Begitu terus sampai Tasalia menelepon Deva untuk kelima kalinya.

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang