Deva mengerjapkan matanya beberapa kali saat sinar lampu masuk ke dalam pupil matanya.
Deva bisa merasakan kepalanya masih berdenyut sakit dan perutnya yang melilit entah karena apa.
"Anjir, gue dimana?" gumamnya heran saat ia baru sadar bahwa ia berada dalam sebuah ruangan asing. Ruangan yang didominasi warna putih tulang.
Setelah tenaganya mulai pulih, ia menyenderkan punggungnya pada kepala kasur. Mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya.
"Kok gue serasa amnesia mendadak ya?" gumam Deva lagi. Ia benar-benar tidak paham apa yang terjadi dengan dirinya untuk saat ini.
Cklek.
Deva menoleh ke arah pintu yang di buka. Ia dapat melihat seorang perempuan tengah membawa nampan berisi makanan ke arahnya.
Namun sesaat kemudian ia sadar siapa orang itu. Ia kenal.
"Anita?!" kaget Deva.
"Dev, udah bangun?" Anita tersenyum manis. Ia tidak memperdulikan tatapan kaget Deva.
"Lo—lo ngapain di sini?!"
Anita tertawa kecil. Ia menaruh nampan berisi makanan di atas meja sebelah kasur.
"Lo aneh, Dev. Ini rumah gue, astaga..."
"Ru—rumah lo?! Terus gue ngapain di sini?!" tanya Deva lagi.
Anita menghela napas panjang. Ia duduk di pinggir kasur. Menatap Deva dengan pandangan bersalah.
"I'm so sorry, Dev... Semalem lo kecelakaan. Gue nabrak lo." ujar Anita pelan.
Deva cengo. Kaget karena mendengar cerita bahwa dirinya mengalami kecelakaan.
"Terus gue gak kenapa-napa kan?" tanya Deva yang tiba-tiba jadi panik.
"Hanya luka kecil di pelipis lo," jawab Anita. "Tapi udah gue obatin."
"Oh, makasih kalau gitu..."
"Sama-Sama."
"Ya udah, gue balik dulu. Maaf ngerepotin lo." ujar Deva sambil beranjak dari atas kasur. Ia mengambil jaketnya yang terlipat rapih di sebelahnya.
"Dev, tunggu!"
Deva menoleh. Lalu tatapannya beralih pada tangannya yang dicekal oleh Anita.
"Kalau lo berkenan, sarapan dulu bareng gue."
[ NOT SAME ]
"Ya, ayo sarapan dulu..."
Jhon mengelus rambut Tasalia dengan lembut. Ditatapnya Tasalia dengan pandangan sendu. Badan Tasalia terlihat mengurus. Wajahnya pucat.
"Nanti aja, Paman..." jawab Tasalia dengan lemah. Ia menarik selimut yang sedang ia pakai sampai sebatas leher. Memunggungi pamannya.
"Ayo, Ya, kita sarapan." paksa Jhon. Ia benar-benar khawatir akan kondisi Tasalia karena dari kemarin malam, ia belum menyentuh makanan sama sekali.
"Aku gak lapar."
Jhon menghela napas panjang. Jujur, ia sedih melihat kondisi fisik Tasalia sekarang. Badannya mengurus dan wajahnya selalu tampak pucat.
"Kalau gitu, paman keluar, ya?"
Setelah mendengar suara pintu ditutup, Tasalia segera membenarkan posisinya. Duduk di atas kasur.
"Aduh..." Tasalia mengaduh pelan saat kedua lututnya tiba-tiba terasa pegal. Ia meluruskan kakinya, kemudian memijat pelan lututnya.
"Ibu..." gumam Tasalia sangat pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Novela JuvenilNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...