Tasalia memasukan makanan ringan yang akan ia berikan kepada teman-temannya itu ke dalam tas. Ia tersenyum kecil.
"Semoga, di umur gue kali ini, gue lebih baik daripada sebelumnya. Aamiin..." ujar Tasalia sebelum keluar rumah.
Sesampainya di sekolah, Tasalia segera duduk di bangkunya. Tepat di sebelah Neni.
"Tasalia!!!" Neni berteriak heboh saat menyadari Tasalia telah duduk di sebelahnya. "Selamat ulang tahun, Tasalia Putri! Semoga panjang umur, sehat selalu, dan apa yang lo cita-citakan terwujud, ya!" ujar Neni sambil memeluk Tasalia erat.
Sedangkan teman satu kelas Tasalia, hanya menatap datar perilaku Neni. Bahkan mencibirnya. Sejak kejadian yang menghebohkan satu sekolah—saat Anita mengatakan bahwa Tasalia adalah anak dari hubungan gelap—teman satu kelas Tasalia mulai memberi jarak kepada cewek itu. Bahkan mereka terkesan menjauhi Tasalia.
Alhasil, hanya Deva, Neni, dan Sandi saja yang masih mau berteman dengan perasaan benar-benar tulus dengan Tasalia.
"Makasih banyak, Ni... Gue terharu." ujar Tasalia sambil melepaskan pelukan Neni. Mata cewek itu berkaca-kaca.
Selama ini, tidak ada teman Tasalia yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Lagi-lagi penyebabnya adalah kabar yang beredar bahwa Tasalia adalah anak dari hasil hubungan gelap. Sehingga, teman-teman Tasalia perlahan menjauh bahkan seolah tidak kenal dengan Tasalia.
Bagi Tasalia itu tidak masalah. Ia sudah terbiasa dengan itu semua. Makannya, saat Neni mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya, ia merasa terharu.
"Nanti, bantuin gue bagi-bagiin makanan ringan buat anak satu kelas, ya." pinta Tasalia kepada Neni.
Neni menyengir kemudian cewek itu mengangkat kedua ibu jarinya. Dia setuju.
[ NOT SAME ]
Deva melongokan kepalanya ke dalam pos satpam sekolahnya. Namun ia tidak menemukan siapapun di dalamnya.
Ia mendengus. Akhirnya ia berjalan gontai masuk ke area sekolah. Namun langkahnya berubah menjadi cepat saat ia melihat Pak Wawan—satpam sekolahnya.
"Pak! Pak! Pak Wawan!" panggil Deva.
Pak Wawan menoleh dan segera bertanya pada Deva. "Ada apa?" tanyanya.
"Pak, nanti jam dua siangan ada yang nganter kue ulang tahun. Saya titip di pos satpam, ya?"
Pak Wawan tampak berpikir sejenak namun akhirnya mengangguk juga. "Memangnya siapa yang ulang tahun? Wali kelas kamu?" tanyanya lagi.
"Oh, bukan... Pokoknya saya nitip, ya, Pak?" Deva menyengir kuda. "Nanti saya bagi kuenya ke Bapak deh." janji Deva.
"Ya udah. Sana cepat masuk kelas!" titah Pak Wawan.
Sesampainya di kelas, Deva dapat melihat Tasalia dan Neni tengah membagikan makanan ringan kepada anak satu kelas. Ia tersenyum.
"Nih bagian lo." ujar Sandi saat Deva sudah duduk di sebelahnya. Cowok itu menyodorkan makanan ringan yang baru saja Tasalia bagikan kepada Deva.
"Lumayan." gumam Deva pelan.
"AMBIL LAGI AJA! GUE GAK SUDI!"
Teriakan itu sontak membuat Deva menoleh. Ia dapat melihat dengan jelas jika Selina—teman satu kelasnya yang juga temannya Anita—melempar makanan yang Tasalia bagikan kearah cewek itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Teen FictionNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...