Not Same 27

1.3K 81 8
                                    

"Makasih, ya, udah nolongin aku..." mata Anita berkedip dengan imutnya kepada Deva.

"Najis." sinis Deva. Ia berlagak sok muntah di hadapan Anita.

"Kok kamu gitu sih sama aku?" Anita cemberut.

"Tau jijik gak, Nit?" tanya Deva. Dengan polosnya Anita mengangguk. "Nah, yang lo lakuin itu sangat jijik. Jijik banget. Pake aku-kamu segala. Gak pantes." lanjut Deva.

Anita diam. Matanya memanas. "Kenapa sih kamu ke aku jahat banget? Sedangkan ke Tasalia baik banget?" tanya Anita dengan parau.

"Tasalia itu pacar gue!" sahut Deva. "Lah? Elo siapa gue emangnya?" lanjutnya sambil mendelik ke arah Anita.

"Tap—"

"Anita, Ya Tuhan! Kamu kenapa, Sayang?"

Ucapan Anita terputus begitu saja saat seseorang masuk ke kamar rawatnya dengan panik.

Melihat itu, Deva hanya mendengus. Ia segera menyampirkan tasnya di bahunya. Siap-siap untuk meninggalkan ruang rawat Anita.

"Aku ke sini dianter dia, Ma!" ujar Anita sambil menunjuk Deva yang sudah berdiri.

Linda menatap Deva sambil tersenyum lebar. Ia menghampiri Deva. "Makasih, ya, udah nolongin anak saya." ucap Linda dengan ramahnya.

Deva hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Ganteng gini. Teman satu sekolah Anita?" tanya Linda. Deva lagi-lagi mengangguk.

"Dia pacar aku, Ma. Namanya Deva." Anita tersenyum dengan lebar.

Mendengar itu, Deva segera melirik Anita dengan matanya yang melebar karena kaget. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan ucapan Anita.

"Benar itu, Nak Deva? Aduh... Senangnya Tante punya calon menantu ganteng kayak gini..." senyum Linda semakin lebar. Mungkin karena lebarnya bisa-bisa bibirnya itu robek.

"Bu—bukan, Tante! Anita ngaco!" bantah Deva.

"Lho? Anita sering cerita tentang pacarnya, lho... Ternyata kamu," Linda memperhatikan Deva dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Jangan malu-malu gitu, Nak Deva..." lanjutnya.

"Demi Tuhan, Tante. Saya bukan siapa-siapanya Anita! Saya hanya teman satu sekolahnya!" sahut Deva dengan emosi. Ia menatap tajam Anita. "Dia itu mengada-ngada!" Deva menunjuk Anita.

"Dev, kamu lupa? Kita udah pacaran hampir tiga bulan, lho..." ujar Anita dengan nada suara yang dibuat-buat sedih.

"Jadi ini yang benar siapa?" tanya Linda heran.

"Saya ini bukan pacar anak Tante! Saya pacarnya Tasalia!" ujar Deva. Urat-urat di lehernya sampai terlihat. "Tasalia. Keponakan Tante!" tandas Deva.

Mendengar nama Tasalia, emosi Linda tiba-tiba saja meluap. "Tasalia, Tasalia! Memang apa hebatnya dia?! Miskin, anak haram, dan ga—"

"Setidaknya hati Tasalia cantik. Daripada anak Tante. Muka sih cantik. Tapi hatinya buruk!" potong Deva dengan cepat. Senyum sinis tercetak di bibirnya.

"Apa kamu bilang?!" tanya Linda tidak terima.

"Iya! Anak Tante itu cantik mukanya, tapi buruk hatinya!" balas Deva. "Mulut Anita dan Tante tolong diajarin lagi supaya kalau ngomong gak ngelantur!" lanjutnya.

Wajah Linda memerah. Ia menatap tajam Deva. Bahkan tangannya sudah mengepal menahan emosi.

"Dan ingat. Saya gak akan pernah mau memiliki hubungan dengan orang yang otaknya tidak pernah dipakai." ujar Deva sambil menatap Anita dan Linda bergantian. Setelah berkata demikian, Deva segera keluar dari ruangan tersebut.

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang