Tasalia memasukan sebuah kotak bekal ke dalam tasnya. Ia tersenyum kecil saat memasukan kotak makan itu ke dalam tasnya.
Setelah itu, ia melangkahkan kakinya ke luar rumah. Tak lupa ia mengunci pintu rumah mungilnya itu.
"Tasalia!"
Tasalia terlonjak kaget. Bahkan ia sampai mengusap-usap dadanya untuk menetralkan jantungnya yang tiba-tiba berdegup dengan kencang.
"Deva..." gemas Tasalia.
"Selamat pagi!" sapa Deva bersemangat. Cowok itu tersenyum lebar.
"Iya, pagi juga, Deva..." balas Tasalia. Tak lupa ia memberikan senyum hangat pada Deva. Senyum yang sempat membuat Deva terpaku.
"Berangkat bareng?" Deva menyodorkan helm pada Tasalia.
"Mau gak ya..." Tasalia mengerling jahil. Ia juga tertawa kecil.
"Harus mau." ucapan Deva terdengar memaksa di telinga Tasalia.
Tasalia tertawa geli. "Iya, gue mau kok..." ia mengambil helm yang berada di tangan Deva.
Deva ikut tertawa. Segera ia menyalakan mesin motornya. "Kejutan nggak tiba-tiba gue ngejemput lo?" tanya Deva saat Tasalia sudah duduk manis di atas jok motornya.
"Lumayan lah... Lagian lo gak bilang-bilang. Tau-tau udah di depan rumah," sahut Tasalia. "Apalagi waktu lo neriakin nama gue. Bikin jantungan tau gak?!" protes Tasalia.
Lagi-lagi, Deva tertawa. Ia mulai melajukan motornya. "Jantungnya gak apa-apa?" tanya Deva sedikit keras. Takut suaranya tidak terdengar oleh Tasalia.
"Ih!" Tasalia menabok punggung Deva dengan sedikit keras. Tetapi tak urung tawanya kembali muncul.
Deva melihat Tasalia dari kaca spion motornya. Cewek itu terlihat manis di mata Deva. Bahkan tawanya terdengar merdu di telinganya.
Sesampainya di sekolah, banyak sorot mata yang tertuju kepada mereka berdua. Sorot mereka bermacam-macam. Ada yang melihatnya dengan sorot mata iri, geli, jijik, dan lain-lainnya.
Apalagi sorot mata cewek-cewek sekolah mereka yang menatap Deva dengan pandangan cemburu. Sekedar informasi, Deva termasuk cowok ganteng di sekolahnya. Banyak kakak kelas bahkan teman satu angkatannya yang naksir kepada Deva.
"Omongan mereka jangan dipikirin, ya, Yaya..." ujar Deva. Ia merangkul bahu Tasalia dan menimbulkan pekikan-pekikan heboh di area parkir.
"Dev, ih! Malu tau diliatin!" Tasalia berusaha melepaskan rangkulan Deva. Tapi nyatanya cowok itu malah mempererat rangkulannya.
"Dev, lo uda—gak jadi, Dev! See you di kelas!"
Deva terkekeh melihat Sandi yang berjalan mendahului mereka.
Iya, tadi Sandi. Tadinya cowok itu mau menanyakan PR matematika kepada Deva. Jika Deva sudah, ia akan menyontek. Namun niat Sandi memudar begitu saja saat melihat Deva yang merangkul Tasalia dengan erat. Seolah Tasalia akan hilang begitu saja jika Deva tidak merangkulnya.
"Dev, lepasin ah!" rengek Tasalia saat sudah dekat kelas mereka.
Deva terkekeh. Ia melepaskan rangkulannya dan membiarkan Tasalia jalan duluan menuju kelas. Bahkan menurut Deva, langkah Tasalia terkesan berlari. Deva semakin terkekeh saat mengingat wajah Tasalia yang memerah. Lucu.
"Anjir! Lo gercep amat, Bang!" bisik Sandi saat Deva sudah duduk di sebelahnya.
"Najis, bisik-bisik tetangga lo!" Deva menoyor kepala Sandi dengan kesal. "Iya dong, gue harus gercep. Nanti Tasalia keburu diambil orang!" Deva tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Teen FictionNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...