Deva menghela napas saat melihat gerbang sekolah. Entah mengapa mood-nya tiba-tiba hancur. Bahkan feeling-nya menjadi tidak enak.
"Cuman perasaan gue aja." gumam Deva pelan.
"Devaaa!!!"
Deva menoleh dan matanya seketika melotot saat seseorang memeluk lengannya erat. Itu bukan Tasalia. Tapi itu Anita.
"Lepasin!" desis Deva tidak suka. Ia mencoba melepaskan pelukan Anita di lengannya.
"Gak mau... Lengan kamu empuk." sahut Anita.
"Anita!" bentak Deva. Bahkan ia yakin kalau sekarang, mereka sudah jadi pusat tontonan para murid yang sudah mulai berdatangan.
"Kamu kan pacar aku."
"Lo mabok, hah?!" bentak Deva. Ia masih mencoba melepaskan pelukan Anita.
"Enggak!" balas Anita. "Woi! Sekarang Deva pacar gue! Kita baru jadian kemarin!" teriak Anita dengan tidak tau malunya.
[ NOT SAME ]
Tasalia menyerahkan uang lima ribuan untuk membayar ongkos naik metro mini.
Hari ini, tidak ada Deva yang menjemputnya seperti biasa. Entah ke mana cowok itu. Tapi menurut Tasalia, selagi masih bisa berangkat sendiri, kenapa tidak?
Saat Tasalia memasuki gerbang sekolah, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuatnya mengernyit bingung. Anita tengah memeluk lengan Deva dengan eratnya.
"Woi! Sekarang Deva pacar gue! Kita baru jadian kemarin!"
Tasalia segera melotot saat mendengar ucapan Anita. Bahkan tiba-tiba dadanya terasa sesak.
"Dek, bukannya cowok itu pacar lo?" seseorang menepuk bahu Tasalia.
Tasalia menoleh dan menemukan seorang kakak kelas tengah menunjuk Deva.
"Iya, Kak." sahut Tasalia.
"Lo diselingkuhin? Putusin aja sana." saran kakak kelas itu lagi.
Tasalia hanya tersenyum kecil saat mendengar saran kakak kelas itu. Bahkan tanpa pamit, ia segera berlari menuju kelasnya.
"Gak mungkin." gumam Tasalia sambil mendaratkan bokongnya di kursi tempat biasa ia duduk.
Lama-kelamaan, air mata Tasalia jatuh begitu saja. Dadanya yang sesak semakin sesak saja rasanya.
"Berhenti nangis!" ketus seseorang.
Tasalia mendongak dan menemukan Rafa tengah berdiri di depan mejanya sambil menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna coklat muda pada Tasalia.
"Takdir jahat sama gue, Raf..." lirih Tasalia. Ia dan Rafa menjadi pusat perhatian teman sekelas Tasalia yang sudah datang.
Rafa diam saja. Ia menatap adiknya dengan tatapan dingin. Namun hatinya teriris sakit saat mendengar suara tangis Tasalia.
"Sikat aja, Bro!" teriak salah satu temen Tasalia.
Mendengar itu, Rafa langsung melayangkan tatapan tajam pada orang yang bersuara tadi. "Lo gak tau apa-apa. Mendingan diem." sinis Rafa.
Rafa menyimpan sapu tangan yang ia bawa di meja Tasalia kemudian pergi begitu saja.
Sedangkan Tasalia, tangisnya sudah mulai berhenti. Hatinya menghangat saat melihat sapu tangan coklat yang Rafa berikan kepadanya. Itu artinya, Rafa peduli kepadanya. Walaupun sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
أدب المراهقينNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...