Namanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian.
Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga.
Disaat semua orang menjauhi Tasalia...
Rafa bersimpuh dihadapan makam sang Ayah. Kepalanya tertunduk dan bahu Rafa mulai bergetar. Ia selalu lemah jika ada didepan makam sang Ayah. Selalu begitu. Ia akan menangis tersedu-sedu bahkan sampai matanya memerah.
Selama hampir setengah jam Rafa bersimpuh didepan makam sang Ayah sambil terus terisak. Katakan lah Rafa lemah jika sudah berhadapan dengan makam sang Ayah.
"Rafa pulang dulu, Yah... Tenang disana..." Rafa mulai berdiri dan beranjak dari makam sang Ayah. Dihapusnya jejak air mata yang membekas dipipinya.
[NOT SAME]
Deva bertemanggu dikamarnya dengan ponsel yang berada digenggaman tangan nya. Ia dari tadi terus menatap kontak Tasalia. Sebenarnya Deva hanya ingin bertanya kemana Tasalia pergi selama hampir seminggu ini.
Setelah mengumpulkan tekad, akhirnya Deva mengirimkan pesan pada Tasalia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya dibaca saja oleh Tasalia. Deva menghela nafas panjang saat pesan nya hanya dibaca saja tanpa dibalas oleh Tasalia. Sakit memang.
Akhirnya, Deva meletakan ponsel nya diatas nakas, kemudian cowok itu merebahkan dirinya diatas kasur empuk.
Deva menatap langit-langit kamarnya dengan senyuman kecil menghiasi wajah nya. "Tasalia," gumam Deva. "Gue mulai tertarik sama lo." lanjut Deva.
[NOT SAME]
Tasalia menyimpan ponsel nya keatas nakas. Ia enggan membalas pesan Deva. Ia sedang berada ditahap tidak mood untuk melakukan aktivitas. Termasuk mengetikan balasan pesan untuk Deva.
Seminggu terakhir, Tasalia memang tidak masuk sekolah dengan alasan izin. Jhon mengetahui itu. Ia juga mengerti bagaimana perasaan Tasalia. Sehingga, laki-laki itu mengizinkan Tasalia untuk beristirahat sejenak.
Namun, setelah dipikir-pikir, Tasalia tidak boleh terus-terusan terpuruk seperti ini. Ini sama saja menunjukan bahwa dirinya itu lemah.
Dengan tekad yang sudah bulat, akhirnya Tasalia memutuskan untuk kembali bersekolah.
[ NOT SAME ]
Deva terdiam beberapa saat ketika ia melihat sosok Tasalia yang tengah terduduk dibangkunya seraya membaca novel.
Bahkan, Deva sampai mengucek-ngucek matanya saking tidak percayanya. Takut itu hanya ilusi matanya saja.
"Tasalia?" tanya Deva seraya menghampiri Tasalia.
Tasalia tersenyum ramah pada Deva, "Hai, Deva..." sapa Tasalia hangat.
"Lo beneran Tasa? Ini bukan ilusi mata gue aja kan?" tanya Deva masih tidak percaya.