Rafa memantul-mantulkan bola basket dengan agak kesal. Baju kemeja seragam yang ia pakai entah sudah kemana. Hanya menyisakan kaos hitam polos.
"Rafa!"
Rafa menoleh dan menemukan Alex—temannya—tengah berlari kecil ke arahnya.
"Lo kemana aja sih? Gak biasanya lo bolos!" ujar Alex.
Hari ini, dari awal bel masuk berbunyi sampai sekarang—menjelang jam istirahat pertama—Rafa memilih untuk membolos. Memainkan bola basket di lapanganan belakang sekolahnya.
"Lagi males belajar." sahut Rafa. Ia melempar bola basket ke arah ring dan masuk.
"Tumben. Biasanya rajin." cibir Alex.
Rafa tidak menyahuti. Ia mengambil bola basket yang tadi ia lemparkan ke dalam ring, kemudian memantul-mantulkannya lagi.
"Lo diusir dari rumah, Raf?" tanya Alex.
Rafa menoleh dan menatap tajam Alex. "Tau dari mana?" tanyanya.
"Tadi ada yang ribut-ribut gitu di lorong deket perpustakaan. Sepupu lo sama dua cewek. Kalau gak salah, salah satu cewek itu adalah murid yang katanya anak hasil 'begituan', Raf. Sering ribut juga sama sepupu lo itu. Katanya sih begitu." sahut Alex.
Rafa memejamkan matanya untuk sesaat. Mencoba untuk menetralkan emosinya yang tiba-tiba saja meletup-letup. Bola basketnya ia cengkram dengan kuat-kuat. Menyalurkan sebagian emosinya di sana. Selama ini, teman Rafa yang mengetahui bahwa Rafa memiliki hubungan kekeluargaan dengan Anita hanyalah Alex.
"Anita bilang apa aja sama cewek itu?" tanya Rafa dengan nada suara dingin.
"Gue gak denger keseluruhannya. Tapi Anita ngomong kalau lo itu diusir dari rumah gara-gara cewek itu." balas Alex.
Rafa mendengus dengan keras. Kemudian ia melempar bola basket yang ia cengkram tadi dengan emosi. Yang menyebabkan bola basket itu memantul dengan tinggi.
"Whhoooaaa!!!" Alex berusaha menangkap bola basket yang memantul tinggi itu. Untungnya berhasil.
"Raf? Are you oke?" tanya Alex sambil memeluk bola basket yang tadi Rafa mainkan.
"Tanpa gue kasih tau, lo udah tau bagaimana keadaan gue saat ini." sinis Rafa.
Alex mendengus kesal. Untung ia sabar dalam menghadapi sikap Rafa.
"Kok setiap gue perhatiin nih, ya, lo sama Anita itu gak pernah akur. Bahkan saat Anita dan cewek yang—siapa sih namanya cewek itu?" tanya Alex.
"Tasalia." jawab Rafa acuh tak acuh.
"Nah iya! Saat Anita dan Tasalia ada masalah, lo kayak yang lebih dominan belain Tasalia walaupun secara gak langsung. Gue jadi curiga." ujar Alex.
Rafa menoleh dan menatap Alex tajam. "Curiga apa?" tanya Rafa.
"Curiga kalau lo suka sama Tasalia." Alex nyengir.
"Gak!" sahut Rafa cepat.
"Ya terus apa dong? Lo secret admirer-nya Tasalia, ya?" tebak Alex.
"Lo gak tau apa-apa. Mending diem." sinis Rafa seraya pergi meninggalkan Alex yang masih cengo karena mendengar ucapan Rafa.
"Sekali lagi, kalau lo gak tau apa-apa tentang suatu hal, jangan sok tahu! Kesannya nanti lo kayak orang goblok!" teriak Rafa yang menghentikan langkahnya di ujung lapangan belakang sekolahnya. Kemudian, cowok itu melanjutkan langkahnya lagi.
[ NOT SAME ]
"Yaya!" panggil Deva kepada Tasalia.
Tasalia menoleh dan menatap Deva dengan pandangan bingung. "Ada apa, Dev?" tanya Tasalia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Fiksi RemajaNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...