"Ayo, Nit, bangun. Jangan jadi cewek lemah." ujar Rafa sambil menarik Anita agar cewek itu berdiri.
Dengan wajah yang merah dan air mata yang masih mengalir dari kelopak matanya, Anita menatap satu per satu keluarganya.
"Jujur, siapa Ayah dari anak yang lo kandung ini, Nit!" titah Rafa.
Anita hanya diam menunduk. Bahunya kembali berguncang. Ia kembali menangis.
Sedangkan Tasalia, cewek itu juga sama-sama menangis. Menahan rasa sakit di hatinya saat tahu jika semua ini adalah rencana Anita untuk mendapatkan Deva.
"Jawab, Nit, jangan biarkan orang-orang berada dalam kebodohan," titah Rafa lagi. "Supaya Deva tahu siapa Ayah dari anak yang lo kandung itu."
"Gu—gue... belum siap jadi seorang ibu, Raf. Gue hancur, gue terpuruk, gue ngerasa pingin mati saat tau kalau gue hamil. Gue nyesel, gue selalu minta sama Tuhan agar waktu diputar kembali, supaya gue gak melakukan kesalahan fatal ini," ujar Anita dengan suara bergetar. Ditatapnya keluarga besarnya satu ler satu. "Maaf... Anita udah bohongin kalian semua." kemudian, tangis Anita kembali pecah.
"Dengar?" tanya Rafa pada keluarga besarnya.
"Gue—gue minta maaf buat semuanya. Khususnya buat Tasalia dan Deva. Gue jahat, gue akuin itu. Gue cuman ingin Deva jadi milik gue, Ta... Gak lebih. Gue selalu iri sama lo, Ta. Mungkin orangtua lo udah gak ada, tapi semuanya yang gue pingin, selalu lo dapetin. Salah satunya Deva." Anita menatap perih Tasalia yang sedang menunduk menangis di salah satu kursi.
Sedangkam Deva, cowok itu daritadi hanya diam mematung. Masih tidak paham dengan kondisi yang dialaminya saat ini.
"Dan, ya—anak yang gue kandung memang bukan anak Deva, tapi anak Rio, cowok di sebelah Rafa. Gue berbohong, ngakuin ini ke semua keluarga gue dan salah satunya lo, Ta, kalau anak yang gue kandung adalah anak Deva, supaya lo ngelepasin Deva buat gue. Jahat? Emang. Gue akui itu." Anita tersenyum miris.
Sedangkan Tasalia, tangis perempuan itu semakin kencang. Sakit di dalam hatinya semakin dalam.
Tidak mau mendengar yang lain, Tasalia segera berlari meninggalkan villa. Di susul oleh Jhon yang terlihat sangat khawatir pada Tasalia.
"Rencana lo berjalan dengan baik, Nit!" suara seseorang menggema di antara keheningan. Suara Deva. Ia berdiri menatap sinis Anita. "Bagus, Nit, bagus!"
"Deva, maaf..." lirih Anita.
"Lo tau, Nit?! Gara-gara lo, gue hampir diusir dari rumah! Mikir, Nit!" sentak Deva.
"Dan asalkan kalian tau, orang yang selama ini kalian jauhi, caci-maki, itu adalah orang yang sangat tulus!" intrupsi Rafa. "Tasalia. Yang selalu kalian hina, caci dan maki."
Mendengar nama Tasalia disebut, Deva terdiam.
"Asal kalian tau, Tasalia terkena HIV!"
Jelas, satu ruangan terkejut. Terlihat dari raut wajah mereka.
"Tapi dia bukan perempuan nakal. Dia terkena HIV saat suntik vitamin. Saat dia sakit karena kekurangan vitamin dalam tubuhnya. Dan kalian tau apa yang menyebabkan ia kekurangan vitamin? Dia berjuang demi hidup dia. Dia gak mau merepotkan kalian!" ujar Rafa. Matanya memanas. "Dan, Mama tau? Dalam tubuh Mama, mengalir darah Tasalia." ujar Rafa sambil menatap Ibunya lekat-lekat.
"Kenapa harus darah dia?! Kenapa harus darah si anak haram itu?!" tanya Lia dengan nada suara yang tinggi.
"Karena golongan darah Mama itu langka. Mungkin jika Tasalia tidak mendonorkan darahnya untuk Mama, mungkin Mama sudah berada di rumah Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
أدب المراهقينNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...