"Selamat pagi, Putri." sapa Deva sambil memasang senyum selebar mungkin.
Tasalia membalas senyum Deva dengan manis. "Selamat pagi juga, Deva." jawab Tasalia.
"Nih, pake helm-nya," titah Deva seraya memberikan helm pada Tasalia.
Tasalia segera mengambil helm yang disodorkan Deva kemudian memakainya. Cewek itu segera naik ke atas motor Deva.
"Udah siap?"
"Udah siap, kapten!" sahut Tasalia seraya tertawa kecil.
Mendengar sahutan Tasalia, Deva segera mengangguk dan mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada dirinya maupun Tasalia.
Sesampainya di sekolah, mereka segera berjalan ke arah kelas. Sesekali Tasalia tertawa karena guyonan Deva.
"Dev, berhenti ngelawak!" ujar Tasalia disela-sela tawanya.
"Lho? Emangnya salah, ya, kalau gue ngelawak?" balas Deva bingung.
"Bukan gitu, Dev. Perut gue sakit gara-gara diajak ketawa mulu sama lo! Ini kan masih pagi." jelas Tasalia.
Deva mendengus pelan kemudian ia berkata, "Jarang sering-sering senyum ke gue, Ya..." ujar Deva.
Tasalia mengernyit. "Lho? Kan senyum itu ibadah, Dev." bungung Tasalia.
"Senyum lo itu terlalu manis. Kalau gue diabetes gara-gara senyuman lo, emangnya lo mau tanggung jawab?" goda Deva seraya terkekeh.
Tasalia memberengut kesal. Tetapi di dalam hatinya, ada perasaan senang.
"Udah, jangan kesel gitu, ah! Masih pagi juga." kekeh Deva.
Tasalia tidak menyahuti. Ia terus berjalan lurus menuju kelasnya. Deva yakin, Tasalia sedang kesal kepadanya. Bahkan langkah cewek itu terkesan tergesa-gesa.
Sesampainya di kelas, Deva segera duduk di kursinya. Di sebelahnya sudah ada Sandi yang sedang bermain game online di ponsel pintarnya itu. Bahkan cowok itu sampai berteriak heboh saat ia menang.
"Berisik, bangcat!" maki Deva dengan kesal.
"Lo berangkat bareng Tasalia?" tanya Sandi yang tidak peduli dengan makian Deva.
"Memang kenapa? Bukannya akhir-akhir ini gue memang sering berangkat bareng dia?" Deva balik bertanya.
"Enggak apa-apa sih... Cuman ada yang aneh aja kayaknya. Perasaan gue mengatakan hal demikian." sahut Sandi santai. Ia kembali memainkan game di ponselnya.
"Najis, pake perasaan! Kayak cewek mulu!" cibir Deva seraya mendengus geli.
"Yee... Tapi memang bener, Dev. Hati gue mengatakan hal seperti itu." balas Sandi yang masih terfokus memainkan game online di ponselnya itu.
"Kalau gue bilang bahwa gue dan Tasalia udah jadian, lo bakal percaya?" tanya Deva santai. Cowok itu bertopang dagu seraya menatap lurus ke depan. Ke arah papan tulis.
Sandi melongo tidak percaya. Bahkan seketika, perhatian Sandi teralihkan seluruhnya pada Deva yang kini tengah bertopang dagu.
"Serius?!" tanya Sandi tidak percaya.
"Lo sendiri bakalan percaya kagak kalau gue bilang begitu?" tanya Deva masih dengan pertanyaan yang sama.
"Percaya!"
"Ya udah," sahut Deva santai.
Sandi semakin melongo. Bahkan kalau ia tidak cepat-cepat sadar, mungkin sudah ada lalat atau nyamuk yang masuk ke dalam mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Подростковая литератураNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...