"Tuhan... Dengan segala kebaikan-Mu, aku mohon untuk kesembuhan Tasalia. Biarkan aku menebus semua dosa-dosa dan kesalahnku kepadanya, Tuhan. Jangan ambil dia, Tuhan," Rafa bergumam kecil. Ia memejamkan matanya dan menyatukan kedua telapak tangannya. Rasa sesak pelan-pelan memenuhi rongga dadanya.
"Aku mohon, Tuhan. Sembuhkanlah dia, hilangkan rasa sakit dalam dirinya, Tuhan... Berkati kami, dan berkati dia, Tuhan," Rafa menghela napas panjang. Ia membuka matanya yang semula terpejam. "Kabulkan doa dan harapanku, Tuhan. Aamiin..."
Setelah Rafa mengakhiri doanya, dia keluar dari gereja dengan perasaan yang sedikit lega.
Tasalia masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Rafa sangat khawatir akan kondisi adiknya itu. Ia takut nyawa Tasalia tidak bisa terselamatkan. Ia tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi, cukup ayahnya saja.
Dan Rafa tidak mau terluka untuk kesekian kalinya.
[ NOT SAME ]
"Ah sialan!!!" Anita meruntuki dirinya sendiri. Rasanya ia ingin mengakhiri hiduonya sekarang juga. Tapi ia teringat akan bayi yang ia kandung.
Ucapan Rafa masih saja terngiang-ngiang di otaknya. Jujur, ia tidak mau seperti ini. Mengandung di usia belia, dan terus-terusan menyalahkan nasib dirinya. Bahkan Rio-suaminya-sekarang pergi entah ke mana. Ia menghilang tanpa jejak. Membuatnya kebingungan, sangat kebingungan malahan.
"Pendidikan gue hancur, orangtua nanggung malu, suami gak tau dimana, Ya Tuhan..." ujar Anita di sela-sela tangisnya. "HANCUR MASA DEPAN GUE!" lanjutnya sambil berteriak. Tak peduli jika akan mengundang perhatian orang rumahnya karena teriakannya tadi.
"Benci gue sama diri gue sendiri," lirihnya. "Tolol, hina, murahan, goblok lagi!" Anita tertawa miris.
Kemudian ia kembali menangis tersedu-sedu. Rasa sedih, sesal, marah, dan bingung berkecamuk dalam dirinya saat ini.
"Tuhan, apakah gue boleh beriri hati? Gue iri sama Tasalia," dan setelah itu, tangis Anita semakin pecah.
[ NOT SAME ]
Jhon terdiam kaku. Ia masih mencerna apa yang dikatakan oleh dokter. Bangsal khusus katanya.
"Ya Tuhan..." Jhon tertawa miris. Ia menyenderkan tubuhnya pada tembok di belakangnya. Ia merasa bersalah atas semua ini. "Salah apa dia, Rud? Mengapa Tuhan memberi cobaan ini pada gadis sebaik Tasalia?" lirih Jhon kepada Rudi, dokter yang beberapa bulan terakhir menangani Tasalia.
"Tuhan sayang Tasalia, Jhon..."
"Tidak ada pengobatan lain yang menyembuhkannya?"
"Saya dan pihak rumah sakit sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Tasalia," ujar Rudi. Ia berjongkok di hadapan Jhon yang terduduk lemas di lantai. "Sayangnya, sekarang obat-obatan pun tidak begitu membantu hidup Tasalia lagi, Jhon. Virusnya semakin menjadi-jadi untuk melemahkan imun Tasalia."
"Berapa lama lagi hidupnya?" sebenarnya, Jhon tidak mau bertanya mengenai hal ini. Tapi kali ini, ia paksakan untuk bertanya, ia tidak mau melewatkan satu momen pun dengan Tasalia.
"Saya tidak mau menduga-duga atau bahkan memperkirakannya. Kematian hanya Tuhan yang tahu," Rudi menghela napas berat. "lebih baik kita berdoa untuk kesehatan Tasalia kali ini. Jangan banyak khawatir, ada Tuhan yang selalu bersama kita. Dan kami selaku tim medis akan berusaha keras untuk menyelamatkan Tasalia."
Jhon hanya diam mendengarkan. Lidahnya mendadak kelu, suaranya pun hilang terbawa pergi oleh angin.
Jhon tidak mau lagi merasakan kehilangan. Cukup waktu itu saja ia merasakan kehilangan. Jhon tidak mau kehilangan Tasalia.
Di sisi lain, Deva tengah melamun di dalam kamarnya. Pikirannya terus tertuju pada Tasalia. Karena jujur, Deva merasa sangat bersalah pada Tasalia.
Mungkin jika ia tidak mengajak Tasalia pergi, maka kali ini Tasalia tidak berada di rumah sakit. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Kini Tasalia sudah terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit. Entah kapan perempuan itu akan membuka matanya kembali.
"Ta... Cepet bangun dong," gumam Deva sambil melihat fotonya dengan Tasalia di layar handphone.
Iya melenguh panjang dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamarnya dan pikirannya sedang berlari-lari entah ke mana.
"Ya ampun, gue kenapa sih?!" tanya Deva yang mendadak uring-uringan sendiri. Ia mengacak rambutnya dengan kesal.
"Kenapa lo seneng banget bikin gue khawatir sih, Ya?" ia bergumam. Matanya kembali menatap foto Tasalia di layar handphone-nya.
"Sumpah, lama-lama gue bisa gila mikirin lo, Ya!" akhirnya, Deva mematikan layar handphone-nya dan mulai memejamkan matanya. Berharap ia terlelap tidur dan sejenak melupakan Tasalia.
[ NOT SAME ]
HALLO GUYS!!!
APA KABAR???
MASIH ADA YANG MENUNGGU CERITA INI UPDATE? ADA YANG KANGEN CERITA INI😭?Mohon maaf karena udah hampir 5 bulan aku ga update cerita ini, terakhir aku update cerita ini adalah 1 Juni 2019. Maaf guys😭😭
Banyak tugas di RL yg ga bisa aku tinggalkan samsek, apalagi tugas sekolah yg kayaknya ga ada habis-habisnya, heran 😭😭
Semoga dengan update tiba-tiba gini, mungkin bisa mengobati rasa rindu kalian terhadap cerita ini (njir aku GR bgt😭)
Ya pokoknya, maaf dan i lop u guys 😗😙

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Novela JuvenilNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...