Deva membanting tubuhnya ke atas kasur empuknya. Ia tersenyum sendiri saat mengingat kejadian tadi. Saat Tasalia memeluknya dengan erat.
"Kok gue kayak orang gila? Senyum-senyum sendiri." gumam Deva. Kemudian dia tertawa kecil.
Jika ada yang melihatnya sedang senyum-senyum sendiri bahkan sampai tertawa, mungkin orang yang melihatnya akan menganggap Deva gila. Untung saja, sekarang dia sedang sendirian di rumah.
"Gue makin jatuh cinta sama Tasalia, anjir."
[ NOT SAME ]
"Gue tadi kenapa bisa senekat itu?" Tasalia mengomel sendiri. Sebenarnya ia sedang kesal pada dirinya sendiri.
"Aish! Setan apa yang ngerasukin diri gue sampai bisa meluk Deva sih?" gumamnya Tasalia. Ia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Menyembunyikan wajahnya yang memerah karena mengingat kejadian tadi. Saat Tasalia memeluk Deva.
"Malu..." bisik Tasalia pada dirinya sendiri. Ia mendongak dan menatap foto Ibunya yang dilapisi oleh figura.
"Bu... Yaya tadi meluk cowok selain Ayah dan Paman Jhon, Bu..." adu Tasalia pada foto Ibunya. "Sekarang Yaya malu. Besok kalau ketemu dia harus gimana?" tanyanya pada foto sang Ibu.
"Ibu, dia kasih Yaya kejutan ulang tahun. Dia juga kasih kado yang besaaarrr bangeeetttt..." Tasalia bercerita pada foto sang Ibu. Seolah-olah foto itu bisa mendengar dan menjawab perkataan Tasalia.
"Bu, sekarang Tasalia ulang tahun yang ke enam belas, lho, Bu. Ibu gak akan ngucapin selamat ulang tahun ke aku? Ibu gak akan meluk aku dan bikinin aku kue lagi, Bu?" Tasalia tersenyum miris. Matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Bu, dulu Ibu suka ngucapin selamat ulang tahun, bikin kue, dan kasih aku kado setiap aku ulang tahun. Sekarang Ibu gak akan ngelakuin itu, Bu?" lirih Tasalia. Ia mulai terisak kecil.
"Yaya kangen masakan Ibu, kue bikinan Ibu. Yaya kangen, Bu. Yaya kangen dibacain cerita sama Ibu, manja-manjaan ke Ibu, dan kangen omelan Ibu. Aku kangen semua hal dari Ibu..." ujar Tasalia di sela-sela tangisnya.
"Aku kangen dimarahin Ibu... Dulu aku selalu gak suka kalau Ibu marahin aku. Tapi sekarang aku kangen dimarahin sama Ibu..."
"Bu, emangnya gak bisa minta ke Tuhan waktu satu hari aja buat balik lagi ke dunia? Yaya pingin meluk Ibu, cerita semua beban Yaya ke Ibu, pingin nyobain lagi masakan Ibu, denger omelan Ibu. Apa Ibu gak bisa minta satu hari aja ke Tuhan buat balik lagi ke dunia? Atau minimal satu jam aja deh, Bu..." isakan Tasalia semakin kencang. Ia memeluk foto Ibunya dengan erat.
"Ibu, Tasalia kangen Ibu, Bu..."
Tasalia menyimpan foto Ibunya ke posisi semula. Kemudian ia beranjak menuju kasur dan berakhir dengan Tasalia yang menenggelamkan wajahnya ke bantal. Menumpahkan tangisnya di sana.
[ NOT SAME ]
"Morning, Princess..." sapa Deva sambil tersenyum manis.
"Morning too, jelek." balas Tasalia sambil terkekeh kecil. Ia mengambil helm yang Deva simpan di spion motornya kemudian memakai benda itu.
"Lho, kok gitu sih jawabannya? Kan harusnya kamu manggil aku Prince. Supaya cocok. Princess dan Prince." ujar Deva. Ia mengerucutkan bibirnya sebal.
Tasalia tertawa. "Mau banget, ya, dipanggil Prince sama aku?" tanya Tasalia jahil.
"Tau ah!" Deva memalingkan wajahnya. Tapi, sedetik kemudian ia kembali memalingkan wajahnya ke Tasalia. Ia merasa ada yang janggal dengan wajah Tasalia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Fiksi RemajaNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...