Not Same 37

1.2K 71 1
                                    

Tasalia menyibakkan selimutnya yang sedang ia pakai ke sembarang arah.

Sialnya, saat berada di posisi yang pas untuk tidur, Tasalia kebelet ingin membuang air kecil.

Tasalia bisa menghela napas lega setelah selesai buang air kecil. Ia menaikan seleting jaket yang sedang ia pakai kemudian berjalan ke arah ruang TV.

Seharusnya hari ini Tasalia bekerja. Hanya saja kondisinya tidak memungkinkan. Sehingga ia harus beristirahat dulu selama beberapa hari di rumah.

Kemarin saat Tasalia akan diperiksa oleh dokter, Rafa memaksanya sekalian cek darah. Karena menurut Rafa, sakitnya Tasalia menunjukan gejala-gejala demam berdarah.

Awalnya Tasalia menolak.karena ia yakin bahwa ia hanya demam biasa. Namun Rafa yang keras kepala, akhirnya membuat Tasalia harus mengalah.

Dan kemungkinan, besok hasil cek darahnya sudah ada. Dan semoga Tasalia hanya demam biasa. Bukan demam berdarah seperti yang Rafa takutkan.

"Ya ampun!" Tasalia berjengit kaget saat melihat seseorang tidur di sofa ruang TV rumahnya.

Ia menghela napas panjang saat menyadari jika yang tertidur di sofanya adalah Rafa. Bahkan ia lupa sudah memberikan kunci cadangan rumahnya pada Rafa.

"Raf?" Tasalia menggoyang-goyangkan tubuh Rafa dengan pelan. Takut mengganggu tidurnya.

Rafa menggeliat kemudian kesadarannya sudah kembali. Ia segera mengubah posisinya menjadi duduk.

"Udah bangun?" tanya Rafa. Ya walaupun di telinga Tasalia, ucapan Rafa terkesan dingin.

Tasalia hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Mau makan apa? Biar gue buatin." ujar Tasalia. Cewek itu sudah bersiap-siap menuju dapur.

"Gak usah. Gue udah beli makanan buat lo. Ada di lemari makan." jawab Rafa. Ia merenggangkan otot-ototnya yang kaku.

"Lo sendiri udah makan?" tanya Tasalia.

"Udah," jawab Rafa. "Usah sana lo makan. Jangan banyak bacot." lanjutnya.

"Serius, lo udah makan belum?" tanya Tasalia memastikan.

"Udah." jawab Rafa.

Akhirnya Tasalia mengangguk. Namun selera makannya pagi ini hilang entah kemana.

"Lho? Kenapa lo belum makan juga?" heran Rafa.

"Belum lapar."

Rafa mendengus. "Oh... Besok jadi ngambil hasil cek?" tanya Rafa lagi.

Tasalia lagi-lagi mengangguk.

"Ya udah, gue balik dulu." pamit Rafa.

"Hati-hati, Raf..." gumam Tasalia bahkan tidak dapat didengar oleh Rafa.

Sepeninggalan Rafa, Tasalia hanya duduk di single sofa. Meluruskan kakinya.

"Kayaknya gue terlalu semangat kerja makannya sampai pegel-pegel gini." ujar Tasalia pada dirinya sendiri. Ia memijat kakinya dengan pelan.

Akhir-akhir ini badannya memang sering terasa pegal-pegal. Mungkin ia terlalu semangat bekerja dan sedang tidak enak badan juga makannya semuanya serba terasa.

"Andaikan Ibu masih di sini... Kayaknya sekarang rambut aku lagi diusap-usap sama Ibu." lirih Tasalia saat bayangan mengenai Ibunya terlintas di pikirannya.

[NOT SAME]

Anita mengusap air matanya yang lagi-lagi terjatuh tanpa persetujuannya. Ia merasa dikhianati dan ia merasa benar-benar menyesal dengan apa yang sudah ia perbuat.

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang