Tasalia menghapus jejak tangisnya dengan pelan. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya dengan sekali hentakan. Mengusir rasa sesak yang dari tadi hinggap di hatinya. Ia berjalan dengan amat pelan meninggalkan area makam Ibunya.
Saat sudah sampai di jalan utama, Tasalia celingak-celinguk mencari angkutan umum yang akan mengantarnya ke rumah sakit. Hari ini, ia berniat untuk mengunjungi Lia. Ibunya yang lain.
Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya angkutan umum yang akan Tasalia tunggu datang juga. Ia segera masuk ke dalam angkutan umum itu dan duduk di sebelah ibu-ibu yang sedang berusaha menenangkan anak perempuannya yang sedang menangis.
Tasalia tersenyum miris saat ingatannya terlempar pada beberapa tahun lalu. Saat Ibunya masih ada di sisinya. Saat Ibunya masih bisa menenangkannya saat Tasalia menangis.
Tasalia baru ingat bahwa ia mempunyai beberapa buah permen yupi yang sempat ia beli di kantin tadi. Kali saja bisa menenangkan anak kecil itu.
Dengan segera, Tasalia mengeluarkan permen yupi itu dari saku jaketnya. Ia tersenyum hangat sambil menyodorkan permen itu kepada anak perempuan tadi. "Mau?" tawar Tasalia.
Anak kecil berjenis kelamin perempuan itu menghentikan tangisnya dan memandang tertarik kepada permen yang Tasalia sodorkan.
"Ambil aja kalau mau," ujar Tasalia masih dengan senyum yang mengembang.
Anak kecil itu mengambil dua permen yupi dari tangan Tasalia dengan ragu-ragu. "Makasih, Kak," ucap anak itu dengan suaranya yang lucu.
Tasalia tersenyum semakin lebar. Cewek itu mengelus-ngelus rambut anak kecil itu dengan sayang. "Sama-sama. Anak cantik gak boleh nangis, oke?" balas Tasalia.
"Makasih, ya, dek..." Ibu dari anak kecil itu tersenyum lembut ke arah Tasalia.
"Iya, Bu, sama-sama. Ibu mau permennya?" tawar Tasalia saat permen yupi itu masih tersisa sekitar tiga buah lagi.
Ibu itu menolak dengan halus. Akhirnya, Tasalia memberikan sisa permen yupi itu kepada anak kecil tadi. Membuat anak kecil tersebut tersenyum dengan lebar.
"Bang, kiri!" ujar Tasalia saat angkutan umun yang ia naiki sudah sampai di depan rumah sakit. "Bu, saya duluan, ya..." pamit Tasalia kepada ibu-ibu tadi.
Setelah membayar ongkos angkutan umum tersebut, Tasalia segera masuk ke dalam rumah sakit. Bertanya kepada resepsionis dimana ruang inap Lia.
Tasalia lagi-lagi menghirup oksigen sebanyak-banyaknya saking gugupnya. Sekarang ia sedang berdiri memegang knop kamar rawat inap Lia.
"Selamat sore, Bu..." gumam Tasalia saat membuka pintu kamar rawat Lia. Ia benar-benar gugup.
Lia yang sedang menatap langit-langit kamar rawat inapnya, segera menengok ke sumber suara. Matanya langsung membulat kaget. Namun, sedetik kemudian raut wajahnya berubah menjadi marah.
"Mau apa kamu ke sini?" tanya Lia dengan nada suara tidak bersahabat.
Tasalia tersenyum kecil. "Aku tahu, kalau aku ke sini, Ibu makin sakit," ujar Tasalia tenang.
"Lalu, kenapa kamu ke sini, hah?" tanya Lia marah.
"Aku mau nengok Ibu."
"Pergi saja kamu anak haram! Pergi! Gara-gara kamu, saya sakit dan Rafa pergi dari rumah!" usir Lia dengan marah.
Tasalia memejamkan matanya. Berusaha setenang mungkin. Ia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk menengok Lia. Awalnya, Tasalia kira, Ibunya yang lain itu sedang tertidur. Namun, saat ia sadar bahwa Ibunya dalam kondisi terjaga, Tasalia menjadi agak menyesal.
"PERGI KAMU! PERGI KE NERAKA SANA! SUSUL IBUMU ITU!" teriak Lia seperti orang kesetanan.
"Bu, Tasalia cuman mau—"
"Pergi lo anak sialan!" interupsi seseorang.
Tasalia menoleh dan menemukan Rifa tengah menatapnya dengan pandangan seperti siap menerkamnya.
"Kak Rifa?" gumam Tasalia pelan. Seingatnya, Kakak Rafa itu—termasuk kakaknya juga—sedang berkuliah di Australia.
"Lo gak denger Mama gue ngomong apa, hah?!" bentak Rifa. Segera ia menarik paksa Tasalia agar keluar dari ruang inap Mamanya.
"Kak, lepas..." ringis Tasalia saat merasakan nyeri di pergelangan tangannya akibat tarikan paksa yang dilakukan oleh Rifa.
"Lo mau buat Mama gue meninggal kan?!" tuduh Rifa. Ia segera melepaskan cengkraman tangannya itu dengan kasar.
"Sumpah demi Tuhan, Kak, gue cuman mau nengok ibu aja. Gak ada niat lain," ujar Tasalia yang sudah mulai terisak. "Apa salahnya, Kak?" tanya Tasalia lirih.
"Apa salah lo, hah?!" tanya Rifa sarkastis. "YANG ADA IBU GUE MAKIN SAKIT, BEGO!" teriak Rifa marah.
"Lo, dan Ibu lo itu bikin keluarga gue hancur!" ujar Rifs tajam.
"Tap—"
Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Tasalia segera memejamkan matanya saat melihat Rifa sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Siap untuk menamparnya.
Sedetik...
Dua detik...
Tiga detik...
Tasalia tidak merasakan nyeri yang menjalar di pipinya. Ia segera membuka matanya dengan perlahan. Dilihatnya, tangan Rifa tengah dipegang oleh Rafa. Mencegah kakak perempuannya itu agar tidak menampar Tasalia.
Sedangkan Rifa sendiri tengah menatap marah ke arah Tasalia dengan mata memerah.
"Lepas!" Rifa menghentakan tangannya dadi cengkraman Rafa. Kemudian ia menunjuk Tasalia dengan jari telunjuknya. "Lo! Beruntuk kali ini lo selamat. Tapi, jangan berharap lo akan selamat lagi!" ujar Rifa tajam. Setelah mengatakan hal itu, ia segera pergi dari hadapan Tasalia.
Bersama dengan Rifa pergi, tangis Tasalia pecah. Ia terduduk dengan lemas di lantai rumah sakit. Ia tidak tahu bahwa kedatangannya ke sini akan menimbulkan keributan.
"Lo ngapain di sini?" tanya Rafa dengan dingin.
Tasalia diam. Ia masih menangis tergugu di lantai rumah sakit.
"Balik." titah Rafa yang sepertinya enggan dibantah itu.
Tasalia masih diam dalam tangisnya. Akhirnya, mau tidak mau, Rafa membantu Tasalia berdiri dan memapahnya menuju basement. Tempat dimana motornya ia parkirkan.
"Lain kali, jangan bersikap bodoh kayak gini." ujar Rafa masih dengan nada suara yang terkesan dingin.
Tasalia mengangguk kecil. Namun, dalam hatinya ia merasakan rasa hangat. Rafa sedikit perduli kepadanya. Dan demi alam semesta beserta isinya ia merasa senang.
[•••]
Hallo!
Kali ini aku update malam Jum'at karena kemungkinan besar malam Minggunya aku gak bisa update, hhe (:So, terimakasih sudah membaca cerita ini. Semoga, kalian merasa terhibur, hehehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Teen FictionNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...