"Kamu tau, Ya? Apa arti nama Tasalia?" tanya Ibu-nya.
Tasalia menggeleng dan menatap Ibu-nya. "Memang apa, Bu, artinya?" tanya Tasalia polos. Ia menatap kedua manik mata Ibu-nya.
Ibu Tasalia mengusap rambut Tasalia lembut sambil tersenyum sendu. "Nama kamu, diambil dari tiga orang berbeda, sayang. Kata 'Ta' berasal dari nama Ayah, Tama. Kata 'Sa' berasal dari nama Ibu, Sandra. Dan kata 'Lia' berasal dari nama seseorang." Sandra tersenyum lembut pada anaknya yang baru saja menginjak usia sepuluh tahun.
"Lia? Siapa? Sahabat Ibu?" tanya Tasalia polos.
Sandra tersenyum. "Bukan, sayang... Suatu saat nanti kamu bakal tau. Enggak sekarang." Sandra mengecup lembut dahi Tasalia.
"Bu, Ayah kapan pulang? Aku pingin ngadu ke Ayah kalau aku sering disebut anak yang gak punya Ayah. Padahalkan aku punya." Tasalia menundukan kepalanya. Seingatnya, ia baru sekali menatap wajah sang Ayah. Itu pun melalui vidio call yang durasinya hanya kurang lebih lima menit. Dan itu pun, saat ia berusia delapan tahun. Dan sekarang, ia sudah lupa bagaimana rupa sang Ayah.
Sandra memeluk anaknya sekilas lalu mengecup dahi Tasalia lagi. "Sabar, sayang... Ayah masih dinas diluar negeri. Dia sibuk..." Sandra berucap lembut.
"Aku iri sama Rafa, Bu... Dia sering cerita tentang Ayah nya. Katanya, Ayah dia suka beliin dia mainan baru." ujar Tasalia. Ia menatap mata sang Ibu dengan tatapan sendu.
Sandra hanya bisa menghela nafas panjang lalu tersenyum pedih.
Tasalia tersenyum pedih saat memori itu kembali berputar didalam otaknya. Rasanya, ia menyesal telah menanyakan dimana keberadaan Ayah nya. Walaupun tidak sepenuhnya menyesal.
Tasalia mengusap wajahnya kasar lalu ia berjalan keluar kamar saat mendengar pintu rumahnya diketuk. Tasalia berjalan dengan gontai lalu ia membukakan pintu rumahnya. Senyum Tasalia mengembang saat ia melihat siapa yang datang. Jhon.
"Hai paman... Masuk dulu.." Tasalia mempersilahkan Jhon masuk.
Jhon mengangguk lalu ia duduk disofa ruang tamu. Wajahnya terlihat gusar.
"Paman kenapa?" tanya Tasalia yang melihat gelagat aneh paman nya.
Jhon menghela nafas kasar. "Tasa, ikut paman kerumah sakit, yuk?" ajak Jhon.
Tasalia mengernyitkan dahinya heran. "Siapa yang sakit?" tanya Tasalia.
"Ibu masuk rumah sakit, Tasa...."
Tasalia terdiam. Jantungnya seolah dipompa tidak beraturan. "Sakit apa? Kenapa harus sampai dirawat dirumah sakit?" tanya Tasalia. Suaranya seakan tercekat ditenggorokan.
"Ibu ngalamin gagal ginjal, sayang... Satu ginjal nya gak berfungsi. Kamu kesana, ya?" ajak Jhon lembut. Ia menatap Tasalia dengan tatapan berharap.
"Aku takut jadi cek-cok sama Kak Rifa dan Kak Refa." Tasalia menunduk.
Jhon tersenyum lembut. Ia mengerti ketakutan Tasalia. Kemudian Jhon mengusap bahu Tasalia. "Rifa sama Refa lagi gak ada di Indonesia, Tasa... Mereka masih di Australia." ujar Jhon lembut.
"Apa Ibu mau liat aku?" tanya Tasalia lirih, "aku juga pingin ngasih Ibu semangat." lanjut Tasalia.
Jhon menghela nafas berat. "Everything will be all right, Tasa... Selama ada paman, semuanya bakal baik-baik aja." Jhon masih memasang senyum lembut, "temenin Rafa disana... Kasian... Dia terpukul banget, Tasa... Kita juga harus dengerin penjelasan dokter tentang penyakit Ibu..." lanjut Jhon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Novela JuvenilNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...