Not Same 16

1.6K 108 1
                                    

Sesuai dengan perkataan Deva tadi di kantin, pulang sekolah Tasalia sudah bersama Deva di lapangan parkir.

Namun, tadi Deva tiba-tiba kebelet pingin buang air kecil. Sehingga mau tidak mau Tasalia harus menunggu Deva sendirian di tempat parkir.

Sebenarnya tadi Deva menyuruh Tasalia untuk ikut. Tapi jelas-jelas Tasalia tolak. Ya kali ada cewek nunggu di depan kamar mandi cowok. Nanti ia disangka akan mengintip. Kan tidak lucu.

"Ngapain lo di sini?"

Tasalia menoleh dan menemukan Rafa yang tengah menatapnya intens. Kemudian Tasalia berdecih.

"Urusan lo?" sinis Tasalia.

"Semalem aja lo baik. Sekarang lo jadi judes, haha." Rafa tertawa sarkastis.

"Kemarin-kemarin aja lo jahatin gue, sekarang lo mulai baik-baikin gue." balas Tasalia yang juga tertawa sarkastis.

Rafa terdiam. Ia menghembuskan nafas dengan berat. "Gue goblok, Ya..." cicit Rafa namun bisa didengar oleh Tasalia.

"Tuh tau." sahut Tasalia santai.

"Maaf," lirih Rafa.

"Ngapain lo minta maaf? Biasanya juga gue yang ngemis-ngemis minta maaf sama lo." Tasalia terekekeh miris.

"Tasalia..."

"Apa?" tanya Tasalia seraya memandang Rafa dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Balik bareng gue sekarang!" ujar Rafa yang nada suaranya berubah menjadi tegas dan dingin. Cowok itu segera menarik tangan Tasalia.

"Lepas!" Tasalia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Rafa.

"Gak!"

"Gue udah punya janji sama Deva!" bentak Tasalia dengan nafas yang memburu dan air mata yang sudah jatuh begitu saja.

Rafa segera memberhentikan langkahnya dan langsung berbalik menghadap Tasalia. Matanya menatap Tasalia dengan intens.

"Lo ada apa sama Deva?" tanya Rafa tajam.

Tasalia terkekeh sinis. Ia menhentekan lengannya sampai terlepas dan segera menghapus air matanya. "Urusan sama lo apa?" tanya Tasalia sinis.

"Gue kakak lo. Dan gue berhak tau!" sahut Rafa masih menatap Tasalia dengan intens.

"Oh kakak..." kini, Tasalia terkekeh miris. "Udah ngakuin gue sebagai adek lo sekarang? Syukurlah." lanjut Tasalia. Ada perasaan sakit dan senang di dalam hatinya yang berbaur menjadi satu.

"Lo emang adek gue, Tasalia!" geram Rafa tertahan.

"Gue sayang sama Deva. Ngerti? Sekarang, pergi." titah Tasalia sambil menatap Rafa tidak kalah tajam.

Sedangkan di sisi lain, Deva tengah mengepalkan lengannya kuat-kuat. Rafa mau merebut Tasalia darinya? Oh ini bencana!

Dengan segera ia menghampiri motornya kemudian memakai helm. Setelah itu, ia berteriak, "Tasalia! Ayo!" teriak Deva.

Tasalia menoleh kemudian menghampiri Deva. Ia memakai helm yang disodorkan oleh Deva setelah itu naik ke atas motor Deva.

Selama di jalan, mereka saling diam. Deva tengah meredam amarahnya karena cemburu melihat Tasalia mengobrol dengan Rafa. Dan Tasalia yang tengah sibuk dengan berbagai pemikiran di otaknya.

"Dev, rumah gue—"

"Udah, diem aja." sahut Deva sedikit berteriak agar suaranya dapat didengar Tasalia.

Tasalia bingung. Ia mau dibawa ke mana oleh Deva. Jalan menuju rumah Tasalia sudah terlewat. Kini Deva sedang mengendarai motornya entah ke mana.

"Turun."

Not SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang