Tasalia bangkit dari duduknya saat pintu rumah Deva terbuka. Hampir 10 menit ia menunggu di depan rumah Deva.
"Maaf, Ya... Aku tadi ketiduran. Telepon kamu gak kedengeran." ujar Deva.
Napas Tasalia memburu saat melihat Deva di depannya. Tatapannya menajam saat Deva tersenyum kepadanya.
"Loh? Natap akunya jangan kayak gitu dong, Ya... Serem." komentar Deva sambil tertawa. Ia mengacak-acak rambut Tasalia.
Namun dengan kasar, Tasalia menepis tangan Deva di kepalanya. Menatap Deva tajam.
"Jangan sentuh gue!" desis Tasalia tidak suka. "Bajingan kayak lo gak usah hidup di dunia ini!" makinya kesal.
Deva jelas kaget. Tasalia yang lembut, kini berubah menjadi menyeramkan. "Maksud kamu apa, Ya? Kamu kenapa? Cerita sama aku... Kalau aku punya sal—"
"BANGSAT!" satu tamparan telak mengenai pipi Deva. Membuat cowok itu langsung terdiam seribu bahasa.
"Ta..." Deva menatap Tasalia tidak percaya.
"Lo!" Tasalia menunjuk Deva dengan marah. "Lo laki-laki macam apa, Dev?!" Tasalia masih menatap tajam Deva.
"Kamu kenapa, Ta? Kita bisa bicara baik-baik."
"Gue gak bisa bicara baik-baik sama cowok bajingan kayak lo, Dev!" ujar Tasalia masih dengan tatapan tajamnya. Suaranya pun terdengar seperti orang yang sangat kecewa.
"Maksud kamu apa, Ta?" tanya Deva yang masih tidak mengerti.
"Lo udah hamilin anak orang dan lo bertingkah seolah semua baik-baik aja? Lo sehat, Dev?" tanya Tasalia tajam. Air matanya sudah merembes keluar.
"Hamilin? Apa maksud kamu, Ta? Aku bahkan gak pernah melakukan 'hal itu'." bela Deva.
"Gak pernah? Gak pernah kata lo?!" tanya Tasalia. Suaranya meninggi satu oktaf. "Telinga gue gak salah denger, Dev?" setelah itu, Tasalia tertawa sumbang. Bertepuk tangan beberapa kali sebelum kembali menatap tajam Deva.
"Aku gak ngerti apa yang kamu omongin, Ta. Sumpah!"
Tasalia mengeluarkan ponselnya. Menunjukan foto Deva yang tengah tidur bersama Anita dan hanya ditutup oleh selimut.
"Terus ini apa, Dev? Ini lo dan Anita. Lo udah bikin masa depan Anita hancur, Dev!" air mata Tasalia meluncur dengan derasnya.
"Tapi aku gak pernah ngelakuin hal itu, Ta! Sumpah demi Tuhan!"
"KARENA LO NGELAKUIN HAL ITU SAAT LO MABUK!" Tasalia berteriak marah. Ia menyeka air matanya yang mengalir deras dengan kasar.
Deva terdiam. Ia bisa merasakan darahnya berdesir lebih deras dari biasanya. Jantungnya juga berdegup tidak karuan.
Tasalia memejamkan matanya. Menghirup udara sebanyak-banyaknya. Berusaha mengenyahkan rasa sesak yang daritadi memenuhi rongga dadanya.
"Lo harus tanggung jawab, Dev," suara Tasalia mulai melunak. "Lo cowok. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Bener?" Tasalia tersenyum miris.
"Kalau Anita bohong gimana?" Deva bertanya pelan.
Tasalia kini terkekeh miris. Ia mengeluarkan bukti lain dari dalam tasnya. Sebuah test pack.
"Benda itu menunjukan garis merah dua. Lo udah tau artinya kan, Dev? Gue tau dia lagi gak bohong. Di perutnya benar-benar ada janin. Anak lo, Dev..."
"Gak mungkin." Deva bergumam tidak percaya.
"Perlu dia ngelakuin test di depan lo supaya lo percaya?" sinis Tasalia.
"Gue gak mungkin ngelakuin ini, Tasalia... Gue sayang lo. Gue—gue gak mungkin mengkhianati lo kayak gini." Deva meraih tangan Tasalia. Menggenggamnya dengan erat.
Tasalia memejamkan matanya lagi. Ini saatnya ia melepaskan apa yang ia punya. Melepaskan kebahagiannya. Ia menyayangi Deva. Sangat. Tapi saat ini, ada Anita yang lebih memerlukan Deva.
"Lepas," pinta Tasalia pelan.
"Gak bisa."
Akhirnya, dengan sekuat tenaga, Tasalia menghentakan genggaman Deva sampai terlepas. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia tahu bagaimana agar Deva menjauhi darinya.
"Lo harus tanggung jawab, Dev," ujar Tasalia sekali lagi. "Lepasin gue, lupain tentang kita. Semuanya." lanjut Tasalia.
"Lucu, Ta, lucu!" Deva menaikan satu oktaf nada bicaranya. "Dengan mudah lo bilang lupain semuanya?! Lo kira hubungan kita ini apa, Ta?! Mainan?! Yang seenaknya dilepas, dibuang, dan dilupakan?! Iya?!" bentak Deva. Cowok itu sudah tidak bisa membendung rasa kecewanya lagi saat Tasalia berkata demikian.
"Karena percuma, Dev! Kita bertahan pun rasanya percuma! Sangat percuma!" Tasalia balas membentak.
Deva terdiam. Berusaha mencerna kata-kata Tasalia barusan.
"Lo adalah cowok penghancur masa depan orang dan gue adalah cewek yang masa depannya hancur!" Tasalia kembali menatap tajam Deva. Dadanya naik turun seiring emosinya yang masih meletup-letup.
"Maksudnya?"
"MASA DEPAN GUE HANCUR, DEV! GUE KENA HIV!" air mata Tasalia kembali luruh. Rasanya, hatinya semakin hancur saat menyebutkan penyakit yang dideritanya.
"Gak mungkin," Deva tertawa sumbang. "Lo pasti lagi bercanda." ia masih tertawa sumbang.
"Gue pelacur, Dev. Pelacur," ujar Tasalia di sela-sela tangisannya. Tuhan, maafin Tasalia... Lanjut Tasalia dalam hati.
"Bohong! Bilang ke gue kalau semua ini bohong, Ta! Ini cuman sandiwara lo doang kan?!" Deva mencengkram pergelangan Tasalia dengan erat.
Namun jawaban yang terlontar dari mulut Tasalia, membuat hati Deva semakin hancur.
"Lo inget saat gue pergi? Gak ada kabar? Gue jual diri gue, Dev. Dan hasilnya, gue kena HIV." ujar Tasalia parau.
"Atas dasar apa lo melakukan itu, Ta?"
"Dunia ini keras, Dev. Jaman sekarang,semua orang rela menghalalkan segala cara demi keberlangsungan hidupnya. Termasuk gue," Tasalia tertawa miris. "Gak percaya? Ayo lo ikut gue periksa kesehatan." lanjutnya."Cukup, Ta, cukup!" kini, giliran Deva yang menatap tajam Tasalia. "Gue muak denger ocehan cewek pelacur kayak lo. Sekarang, lo pergi dari rumah gue!" desis Deva tajam.
"Dengan senang hati." Tasalia tersenyum miris.
"Gue nyesel udah pernah jatuh cinta sama cewek murahan kayak lo."
"Gak masalah," sahut Tasalia. "Gak ada alasan untuk seseorang jatuh cinta. Cinta itu buta, bener?"
Deva terdiam. Merasa perkataan Tasalia untuk saat ini sangatlah benar.
"Oh ya, cuman mau ngingetin, kalau yang terlihat baik di luar, bukan berarti baik di dalam," Tasalia tersenyum. "Gak semuanya yang lo lihat itu, sama seperti yang terlihat. Lo paham maksud gue kan?"
Setelah itu, Tasalia benar-benar pergi meninggalkan rumah Deva.
[ NOT SAME ]
1 BULAN GAK UPDATE LAPAK INI WOI :'v
Btw, maaf kalau part ini terlalu gaje :'

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Same
Fiksi RemajaNamanya Tasalia. Cewek yang memiliki banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui. Ia selalu menyimpan semuanya sendirian. Namun, rahasia terbesar yang ia sembunyikan secara rapat-rapat akhirnya terbongkar juga. Disaat semua orang menjauhi Tasalia...