21. Amarah Dito

3.9K 277 151
                                    

"Maaf, Bu. Apa ada kartu kredit lain? Kartu kredit Ibu nggak bisa dipakai."

"Masa sih? Hmm ... coba yang ini!"

"Maaf, Bu. Yang ini juga sama. Kartu kreditnya nggak bisa dipakai. Sepertinya, kartu Ibu sudah diblokir pihak bank."

"Nggak mungkin kalau kartu kredit saya diblokir. Kamu pasti salah! Kamu nggak tahu siapa saya? Saya ini orang kaya. Saya bisa bayar gaji kamu selama setahun dan kasih makan keluargamu sampai tujuh turunan, tau!! Enak aja, bilang kartu kredit saya diblokir. Coba periksa lagi. Jangan-jangan, kamu yang nggak becus pakai mesinnya!"

"Tapi, kartu kreditnya memang nggak bisa dipakai, Bu. Mungkin bisa pakai uang tunai saja. Cuma dua juta, kok. Biar transaksinya bisa segera saya proses."

"Sembarangan kamu. Saya ini orang kaya! Nggak mungkin saya bawa-bawa uang tunai ke mana-mana. Emangnya kamu mau, kalau saya dirampok di tengah jalan karena bawa duit segitu banyak di dompet?"

"Clara ...?"

Merasa jika namanya dipanggil oleh seseorang, Clara pun mengikuti arah panggilan namanya seraya tersenyum lebar begitu melihat ternyata Wanda-lah yang telah memanggilnya.

"Eh ... Tante Wanda ...? Apa kabar?" sapanya.

"Ya ampun. Ternyata beneran kamu. Tante baik. Ini, ada apa? Tante tadi lihat, kamu lagi debat sama petugas kasir. Apa, ada masalah?" tanya Wanda dengan kening berkerut dalam.

"Nggak kok, Tante. Ini loh, petugas kasirnya bilang kalau kartu kredit aku diblokir. Padahal, tadi siang aku masih pakai kartunya buat transaksi. Aku tadi kesel, karena kasir ini ngotot dan minta dibayar pakai uang tunai aja. Aku 'kan nggak mungkin bawa uang tunai ke mana-mana," jawab Clara.

"Oh, gitu. Ya udah, pakai kartu kredit Tante aja dulu. Besok, coba kamu pergi ke bank. Tanyain kenapa kartu kreditmu nggak bisa dipakai," ujar Wanda.

"Eh, jangan Tante. Nggak usah. Aku nggak enak sama Tante," cegah Clara.

"Udah, nggak papa," jawab Wanda lalu memberikan kartu kreditnya pada petugas kasir yang menunggu pembayaran dari Clara. "Pakai ini aja, Mbak," kata Wanda.

"Baik, Bu. Tunggu sebentar. Akan segera saya proses pembayarannya," jawab petugas kasir.

"Aduh, Tante. Aku beneran jadi nggak enak, nih. Aku nggak tahu, kenapa kartu kreditnya nggak bisa dipakai. Padahal, tadi masih bisa loh. Limit-nya juga masih banyak. Nanti, aku ganti deh uang Tante," ucap Clara.

"Udah, nggak usah diganti. Anggep aja ini traktiran dari Tante buat kamu," ucap Wanda tersenyum lembut. Clara balas tersenyum dan berteriak girang di dalam hati. "Gimana, Mbak. Udah selesai?" tanyanya lagi pada petugas kasir.

"Sudah, Bu. Ini kartu kreditnya beserta struck pembelian. Dan ini clutch yang dibeli. Terima kasih sudah berbelanja di tempat kami."

"Oke," jawab Wanda sembari menerima kartu kreditnya. Sementara Clara langsung meraih clutch di tangan petugas kasir itu sembari tersenyum sinis padanya. "Ayo, Ra. Kita cari tempat ngobrol dulu. Tante udah kangen banget sama kamu," ajak Wanda kemudian.

"Iya, Tante. Sekali lagi, makasih udah dibayarin. Aku jadi nggak enak. Baru ketemu malah minta dibayarin."

"Udah, santai aja. Bukan masalah besar itu," jawab Wanda sembari mengibaskan tangannya tak terlalu ambil pusing.

Setelah itu, keduanya keluar dari departemen store tersebut menuju salah satu kedai kopi tak jauh dari sana, lalu memilih tempat duduk tak jauh dari meja bar.

"Tante, ke sini sama siapa? Kok, sendirian aja?" tanya Clara begitu sudah duduk di tempatnya.

"Tadi sih perginya sama Dito," jawab Wanda.

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang