19. Ku Dengannya Kau Dengan Dia

5.4K 289 201
                                    

"Iya Kè, ada apa?" sapa Vian sembari meletakkan tumpukan kertas gambar ke atas meja ruang tamu, lalu berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air minum dan meneguknya hingga tandas.

"Hun, kamu udah pulang?" tanya Kemal. "Aku baru nyampe Pulau Bidadari, nih," katanya lagi.

"Iya, ini baru sampai apartemen," jawab Vian lalu kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa. "Ya udah, kalau gitu, kamu istirahat aja dulu. Pembukaan resort-nya 'kan masih nanti malem," ucap Vian lalu menjepit ponselnya di antara pundak dan telinganya sembari melepaskan sepatu serta kaus kakinya

"Iya, Hunny. Coba aja kamu ikut. Kita pasti bisa jalan-jalan dulu di sini, sambil nikmatin sunset," kata Kemal dengan nada murung. Vian menghela napas lelah sembari mengusap wajahnya yang terlihat letih.

"Maaf, ya, Kè. Aku nggak bisa nemenin kamu. Aku harus selesain gambar ini, soalnya. Banyak banget yang mesti direvisi. Mereka juga minta gambar ini selesai secepatnya. Tadi, aku baru bisa selesain separuh bagian. Sekarang, mau lanjutin gambar lagi," ucap Vian sembari menyalakan AC ruangan, lalu melepas satu kancing bagian atas kemejanya. Udara sore itu terasa panas, membuat Vian kegerahan.

"Iya, nggak papa. Aku ngerti, kok. Gambarnya nanti aja dilanjut lagi, 'kan baru pulang. Mandi dulu, terus makan. Kamu ini terlalu serius kerjanya," jawab Kemal.

"Ya, harus serius dong, Kè. Aku 'kan digaji buat selesain ini. Harusnya minggu kemarin semua udah selesai, tapi sekarang aku harus buat revisi lagi. Jadi makin lama lagi deh, kerjaanku."

"Iya, Hun. Aku tahu! Tapi, kamu juga jangan terlalu capek. Sampai nggak ada waktu buat aku seminggu ini," protes Kemal.

"Oh ... jadi, ceritanya kamu nyindir, karena nggak aku perhatiin? Kenapa nggak bilang dari tadi, sih? Pakai muter-muter segala," sindir Vian.

"Habisnya, pacarku ini orangnya cuek banget. Kalau nggak disindir gini, dia juga nggak bakal inget kalau punya pacar," gerutu Kemal.

"Iya deh, maaf. Lain kali aku bakal inget-inget, kalau aku punya pacar yang namanya Kemal. Deal! Sekarang, kamu tutup telponnya. Aku mau mandi. Gerah banget di sini."

"Loh, kok udahan sih? 'Kan, aku masih kangen, Hun. Kamu tega banget, deh? Aku 'kan di sini sampai besok. Jadi, nggak bisa ketemu kamu," rengek Kemal.

"Mulai deh, gombal. Udah ah, aku mau mandi dulu. Kamu juga, cepetan mandi, sana!" ujar Vian mengelak jika Kemal mulai bersikap manja.

"Hmm ... ya udah, kalau gitu. Aku tutup dulu. Jangan tidur larut, nanti sakit!"

"Iya ... makasih udah diingetin. Ya udah, sampai ketemu besok. Bye, Kè."

"Okay. Bye ... Hunny."

Setelah obrolan singkat itu berakhir, Vian pun meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku dan merebahkan kepalanya sebentar ke atas sandaran sofa sambil memejamkan matanya.

Baru lima menit matanya terpejam, ponselnya kembali berdering dan mengagetkan Vian yang hampir tertidur. Vian menegakkan tubuhnya, lalu meraih ponselnya yang berkedip-kedip menampilkan sebelas digit angka tanpa nama.

Vian tersenyum kecil, karena mengenali nama dari pemilik nomor tersebut. Dia pun langsung menggeser icon berwarna hijau di layar.

"Ha--"

"Miu, aku di depan pintu nih."

"Depan pintu, siapa?" tanya Vian bingung.

"Pintu toilet!" dengus Dito. "Ya, pintu apartemenmu-lah, Miu ...."

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang