"Morning, sleepyhead," sapa Kemal begitu sambungan video call-nya dijawab oleh Vian. Laki-laki itu tersenyum lebar melihat wajah mengantuk Vian yang tetap terlihat tampan baginya.
"Morning too," jawab Vian dengan suara serak.
"Masih ngantuk, ya?" tanya Kemal masih tetap tersenyum lebar.
"Hu'um nih ... ada apa, Kè? Jam berapa ini?" tanya Vian sembari mengucek matanya lalu mengubah posisi tidurnya yang semula telungkup menjadi miring sambil memeluk guling dan menyembunyikan sebagian wajahnya di balik guling tersebut.
"Nggak papa, aku cuma mau bangunin kamu aja. Selain itu, aku juga kangen sama kamu," jawab Kemal yang lagi-lagi tersenyum lebar. Vian hanya mengerutkan hidungnya seperti anak kecil mendengar ucapan Kemal.
"Masih pagi, nggak usah ngegombal!" cibir Vian.
Kemal hanya terkekeh saja mendengarnya dan sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Vian barusan.
"Ini udah jam tujuh, Hun. Matahari udah tinggi. Emangnya kamu nggak kerja? Tidur mulu!" kata Kemal, sejurus kemudian ekspresinya berubah khawatir. "Atau, kamu masih sakit? Semalam kamu makan, 'kan?" tanyanya cemas.
"Satu-satu kenapa sih, nanyanya? Borongan gitu. Aku makan kok tadi malam. Nggak usah khawatir," jawab Vian sambil memutar bola matanya. Kemal terlihat menarik napas lega di seberang. "Ini 'kan masih jam tujuh pagi, Kè. Mas Daus juga paling belum bukain pintu kantornya. Lagian aku masih ngantuk," ujar Vian malas-malasan sambil menutup mulutnya yang menguap lebar. Kemal hanya terkekeh saja mendengarnya.
"Kok masih ngantuk, sih? 'Kan udah tidur dari siang. Hayo? Jangan-jangan kamu begadang ya semalam? Kamu ini, bukannya istirahat! Udah tahu siangnya mau pingsan, malah begadang!" ujar Kemal berdecak sebal.
"Aku nggak bisa tidur, Kè. Dari siang 'kan udah tidur. Pas kebangun, malah nggak bisa tidur lagi," ujar Vian dengan ekspresi sewajarnya.
Vian sadar sepenuhnya jika dia tidak berkata jujur pada Kemal. Vian juga tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Kemal, jika semalam dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan ucapan Dito.
Dia juga tidak mungkin memberitahu Kemal, jika semalam Dito ada bersamanya. Bahkan sempat makan malam berdua setelah perkelahian kecil mereka.
"Hmm ... pantes, jam segini masih ngantuk," gumam Kemal.
"Hu'um ... oh ya, gimana acaranya Bang Arman semalem? Lancar?" tanya Vian mengalihkan obrolan.
"Syukurlah, semuanya berjalan lancar. Semua keluarga sepakat kalau tunangannya diadain dua bulan lagi. Semalam, kita juga ngadain barbeque di rumahku. Semua keluarga pada kumpul di halaman belakang rumah, tapi ada satu yang kurang dari acara itu ...," ucap Kemal menghentikan kalimatnya dan menatap Vian lekat-lekat.
Vian pun mengerutkan keningnya mencoba menebak apa yang ingin diucapkan Kemal selanjutnya.
"Apa yang kurang?" tanya Vian.
Kemal terlihat menopang dagunya dan menatap Vian dengan tatapan yang bisa membuat laki-laki itu meleleh, jika saja Vian memiliki perasaan yang sama dengan Kemal. Sayangnya, Vian hanya menunjukkan ekspresi canggungnya dan sedikit kikuk karena terus ditatap oleh Kemal.
"Kamu," jawab Kemal tersenyum manis. Vian menaikkan satu alisnya tak mengerti.
"Aku? Kenapa aku?" tanya Vian bingung.
"Iya, kamu. Sayangnya kamu nggak ada di sini semalem. Coba kalau ada, pasti makin seru acaranya," kata Kemal.
Vian menghela napas lalu memutar bola matanya lagi mendengar nada rayuan Kemal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
Ficción General[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...