Ssst ... di mulmed ada Clara yang cantik banget 😍
⚫
⚫
"Mas yakin, mau ajak aku ke acara reuni? Apa kamu nggak malu, bawa aku ke sana?" tanya Ines sekali lagi sebelum mereka keluar dari kamar."Ini pertanyaan kamu yang kesepuluh kalinya, Nes. Apa jawabanku belum cukup jelas? Berhenti bertanya dan cepat temuin Qila! Kita udah telat. Aku tunggu kalian di mobil!" ucap Dito dingin.
"I-iya, Mas," jawab Ines mengangguk lirih dan tak berani bertanya lagi.
Setelah itu, Dito pun keluar dari kamarnya tanpa menunggu Ines yang diam mematung melihat kepergian suaminya dengan wajah masam. Sejak beberapa hari belakangan ini, Ines merasakan jika Dito kembali dingin seperti dulu. Suaminya itu juga jarang mengajaknya bicara saat di rumah.
Setiap pulang kerja, Dito hanya akan makan sedikit dan setelah itu masuk ruang kerjanya sampai Ines tertidur lebih dulu. Dan keesokan harinya, Dito akan bangun lima menit sebelum mengantar Qila ke sekolah. Dito bahkan sering melewatkan sarapan paginya dengan alasan sudah terlambat.
Ines tidak tahu apa saja yang dikerjakan suaminya di ruang kerjanya hingga bangun kesiangan dan tak ada waktu untuk duduk bersama di meja makan.
Ines merasa, jika Dito seperti sedang menghindarinya. Tanpa tahu kesalahan yang telah diperbuatnya, Ines pun hanya bisa diam dan tak berani menanyakan apa yang terjadi pada perubahan sikap suaminya itu akhir-akhir ini.
Semalam, Dito memberitahukan padanya bahwa dia akan pergi ke acara reuni akbar sekolahnya sembari memberikan sebuah gaun pada Ines dan memintanya untuk ikut serta.
Ines menerima gaun tersebut dengan perasaan ragu, yang membuatnya bertanya berulang kali pada Dito apakah dia benar-benar serius mengajaknya ke acara tersebut, hingga Dito pun kesal karena dia terus saja mengulang pertanyaan yang sama.
Ines merasa, jika dia tidak pantas berjalan bersisian bersama Dito di antara para sahabat-sahabat suaminya. Semasa sekolah dulu, seluruh penghuni sekolah tahu jika Dito adalah tunangan Clara yang jauh lebih cantik dan berkelas darinya. Ines tak ingin membuat suaminya malu. Meski dia yakin, jika Dito tak peduli dengan pendapat orang lain tentangnya.
Setelah bercermin sekali lagi dan membenahi penampilannya yang terlihat sederhana dengan dress berwarna putih di bawah lutut dipadukan dengan flatshoes berwarna senada, Ines pun keluar dari kamarnya setelah lebih dulu menyambar clutch berwarna putih di atas meja riasnya.
"Bunda cantik banget," sapa Qila yang sudah berada di bawah anak tangga menunggu kedatangan bundanya.
Ines tersenyum pada putrinya itu lalu mengelus pipi Qila penuh kasih sayang.
"Princess-nya Bunda juga cantik," ujar Ines.
Qila nyengir lebar pada bundanya sembari menggoyangkan gaun putihnya dan mengedipkan bulu matanya yang tebal berulang-ulang seperti boneka.
"Makasih, Bunda."
Ines terkekeh kecil melihat tingkah putrinya itu, lalu mengusap rambut Qila yang digelung menjadi dua bagian serta dihias pita berbentuk bunga krisan berwarna putih di setiap bagian.
"Ya udah, kita pamit sama Oma dan Opa dulu, yuk! Ayah udah nungguin tuh di mobil," ajak Ines.
Qila mengangguk lalu menggandeng tangan bundanya menuju ruang tamu, di mana kedua orangtua Dito berada.
"Oma, Qila mau pergi sama Ayah, sama Bunda," ucap Qila mendahului Ines yang hendak membuka mulutnya.
Wanda berpaling melihat cucunya itu lalu tersenyum pada Qila dan mengulurkan tangannya meminta Qila mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
General Fiction[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...