34. Selamat Jalan Kekasih

5.3K 312 277
                                    

Dua jam yang lalu, Kemal tak ingin pergi menyusul Vian. Dia ingin membiarkan laki-laki itu pergi tanpa menemuinya. Kemal merasa, bahwa dia pasti tidak akan sanggup melepas kepergian Vian.

Kemal ingin Vian tetap berada di dekatnya, meski dia tidak bisa memiliki hati laki-laki itu. Dan jika Kemal melihat Vian benar-benar pergi, maka dia pasti tidak akan bisa menanggung rasa sedihnya seorang diri.

Kemal sadar jika Vian melakukan semua itu juga demi dirinya. Karena rasa bersalahnya, Vian lebih memilih untuk meninggalkannya serta Dito yang sama-sama menginginkan cinta laki-laki itu.

Merasa bahwa tidak seharusnya dia bersikap egois pada Vian dan juga menyadari sepenuhnya, bahwa tidak semua rasa sakit yang dirasakannya saat ini adalah karena kesalahan Vian, Kemal pun akhirnya berubah pikiran. Dia bersedia datang menemui Vian di Bandara.

Kemal telah sadar. Bahwa di awal hubungannya, dialah yang memaksa Vian agar mau memberikan kesempatan padanya untuk membuktikan cintanya pada laki-laki itu.

Dia juga yang melarang Vian menjelaskan apa pun tentang masa lalunya. Dan dia sendiri juga yang mengatakan bahwa dirinya tidak peduli dengan masa lalu Vian.

Kemal juga telah sadar, bahwa tidak seharusnya dia sakit hati pada Vian serta menyalahkan laki-laki itu atas perasaan yang dirasakannya saat ini.

Dia marah karena tidak bisa terima bahwa Vian membohonginya. Padahal, dia sendiri yang meminta laki-laki itu untuk tidak menjelaskan apa pun dan tetap kukuh bahwa dirinya ingin terus bersama Vian, dan juga tidak akan memaksakan cintanya pada laki-laki itu.

Jika sekarang dia marah pada Vian, Kemal merasa bahwa dia telah berlaku tidak adil pada laki-laki itu. Tidak akan ada bedanya antara dia dan Dito jikalau dia berlaku demikian pada Vian. Itu sebabnya, Kemal menahan dirinya agar tak bersikap egois pada Vian.

Lagi pula, tak akan ada gunanya jika dia membuang-buang waktunya untuk terus mendendam. Vian sudah meminta maaf padanya dan sudah seharusnya pula dia memberikan maaf.

Didorong oleh perasaan bersalah itulah, akhirnya membuat Kemal memutuskan untuk menyusul Vian ke Bandara dan berniat memberikan maafnya seperti yang diminta oleh Vian sebelum meninggalkan apartemennya pukul tujuh malam tadi.

Namun, belum sempat mobilnya sampai di Bandara, Harrier hitam yang ditumpanginya tak lagi bisa bergerak semenjak memasuki gerbang tol Kapuk. Hampir seluruh lajur dipenuhi dengan kendaraan lain yang juga bernasib sama seperti Kemal. Berhenti total.

Kemal begitu gelisah saat melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjuk angka 21:25 malam tapi dia belum sampai juga di Bandara. Sementara pesawat yang harusnya mengantarkan Vian ke Jerman akan terbang pukul dua belas malam.

"Ada apaan sih sebenernya di depan? Kenapa bisa semacet ini?" tanya Kemal menggerutu. "Mana tiba-tiba hujan deres lagi? Perasaan, tadi berangkat cerah-cerah aja?" gerutunya lagi sembari mendecakkan lidahnya.

Kemal yang saat itu tidak mengetahui bahwa telah terjadi kecelakaan di depan sana, hanya bisa berkeluh-kesah tanpa tahu harus melakukan apa di dalam mobilnya. Ingin mendengarkan musik pun, dia tidak yakin bisa menikmatinya saat hatinya sedang gelisah seperti ini.

Ingin bertanya pada pengendara lain, dia juga sedikit enggan. Alhasil, Kemal pun hanya bisa diam sembari menunggu sampai kepadatan itu benar-benar berkurang.

Namun sepuluh menit berlalu, posisi mobil di depannya sama sekali belum bergeser dari tempatnya. Begitupun dengan pengendara di samping kirinya dan juga lima kendaraan di depannya.

Karena tak ada kejelasan tentang apa yang terjadi serta tak sabar hanya berdiam diri saja, Kemal pun akhirnya mencari tahu apa penyebab kemacetan panjang di jalan tol itu dengan cara turun dari mobilnya setelah lebih dulu mengambil payung yang selalu tersedia di jok belakang mobilnya.

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang