32. Coming Out

4.4K 324 287
                                    

"Apa Papa ke sini mau jemput aku dan bawa aku pergi sama Papa?" tanya Vian setelah dia melepaskan pelukannya pada Khalid yang tersenyum mendengar pertanyaan putranya itu seraya menggelengkan kepalanya.

"Papa ke sini karena mendengar tangisan dan suara rintihan hatimu, Nak," jawab Khalid lembut dan bersahaja.

Bukannya bahagia, Vian justru terlihat semakin muram. Tadinya dia berpikir bahwa dia sudah mati, hingga dia bisa bertemu dengan papanya itu. Namun ternyata tidak seperti itu yang terjadi.

Saat membuka matanya, Vian mengira bahwa dia sedang berada di surga. Karena yang dia lihat di sekitarnya sekarang, seperti hamparan permadani yang sangat indah. Tanah lapang yang begitu luas dengan rumput hijau yang sangat lembut ketika diinjak. Suara gemericik air terjun yang mampu memberikan kesejukan di semua tempat, serta danau yang sangat jernih hingga dia bisa bercermin di sana.

Terdapat juga aneka jenis pohon dan tanaman bunga yang tumbuh subur serta bermekaran hampir di semua sisi tempat. Dan banyaknya aneka jenis kupu-kupu dan serangga sejenis lainnya yang terbang ke sana-kemari untuk mengumpulkan sari bunga.

Tempat itu juga semakin terlihat damai dengan nyanyian merdu dari kicau burung yang melompat dari satu cabang pohon ke cabang lain, seolah sedang menari penuh suka cita. Membuat Vian merasa seperti benar-benar berada di surga saat ini.

"Apa yang membuat kamu begitu sedih, Nak?" tanya Khalid lembut sembari mengusap rambut hitam Vian.

Mata Vian menatap kosong pemandangan di depannya sesaat, lalu menundukkan kepalanya. Dia tepekur cukup lama memikirkan semua yang pernah terjadi di dalam hidupnya. Termasuk apa yang membuatnya begitu sakit seperti saat ini.

"Apa yang harus aku ceritakan sama Papa. Sebelumnya, aku bahkan nggak pernah dengerin nasihat Papa. Kalau aja, aku bunuh perasaan ini dari dulu, mungkin semua ini nggak akan terjadi. Hidupku pasti nggak akan semenyakitkan ini," jawab Vian lirih.

"Semuanya nggak ada yang kebetulan, Nak. Tuhan sudah mengatur semuanya. Apa yang terjadi dalam hidup kamu, nggak sepatutnya kamu sesali," ujar Khalid yang kembali mengusap rambut Vian dan tersenyum penuh wibawa pada putranya itu. "Lepaskan semuanya dan cobalah untuk ikhlas menerima ketetapan-Nya!" katanya lagi.

"Apa aku bisa, Pa?" tanya Vian sangsi.

"Pasti bisa, Nak! Yakinlah bahwa Tuhan nggak akan kasih cobaan melebihi kemampuan umat-Nya."

"Kalau gitu, kenapa Tuhan kasih cobaan ini ke aku, Pa? Padahal Tuhan tahu kalau aku nggak kuat menahan beban seberat ini?"

Lagi-lagi Khalid tersenyum memandang Vian yang menatapnya dengan penuh keingintahuan.

"Itu karena Tuhan percaya kalau kamu mampu menyelesaikan semua ujian dari-Nya," jawab Khalid. "Ujian ini juga salah satu cara Tuhan untuk mengangkat derajat kamu agar menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya," sambungnya kemudian.

Vian terdiam lalu menundukkan kepalanya memandangi ujung jarinya yang tanpa memakai alas kaki dengan senyuman hambar.

"Aku cuma ingin hidup bahagia, Pa. Aku nggak mau yang lain," jawab Vian dan kembali terdiam beberapa saat, kemudian beralih memandang papanya. "Apa dari semua ujian itu, nggak ada satu pun kebahagiaan yang bisa aku rasain, Pa?" tanyanya ingin tahu.

Khalid kembali tersenyum lalu menunjuk kupu-kupu yang berwarna paling indah dari semua jenis kupu-kupu yang sedang menghisap salah satu putik bunga Aster ungu di tengah taman.

"Apa kamu lihat kupu-kupu itu?" tanya Khalid sembari menunjuk kupu-kupu yang dilihatnya dengan jari telunjuknya.

Vian mengalihkan pandangannya ke tengah taman dan mengikuti arah pandang papanya. Sesaat dia mengerutkan keningnya kala melihat kupu-kupu dengan sayap berwarna biru metalik paling indah dan besar yang dimaksudkan oleh papanya itu.

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang