27. Rahasia Yang Terkuak

3.6K 261 184
                                    

Sudah sekitar sepuluh menit menunggu di depan pintu rumah Robin, Vian tak kunjung dibukakan pintu oleh si pemilik rumah. Membuatnya hampir saja menyerah dan memutuskan untuk pulang. Namun, niatnya itu urung dilakukan setelah seseorang membukakan pintu untuknya sedetik kemudian.

Vian sedikit mengerutkan keningnya saat melihat orang tersebut yang nampak asing baginya.

Laki-laki yang membukakan pintu untuknya itu, bisa dibilang seperti perempuan karena wajahnya yang cenderung cantik. Wajah oval, hidung mancung, alis melengkung indah seperti perempuan, bibir tebal dan merah.

Ditambah lagi dengan panjangnya rambut yang dia miliki hingga sebatas punggung. Membuat siapa pun pasti akan terkecoh ketika melihatnya.

Vian hampir saja mengira bahwa dia itu benar-benar perempuan jika saja dia tidak meneliti dadanya yang nyaris rata seperti papan triplek.

"Cari siapa?" tanyanya tak ramah.

Vian berjengit kaget begitu laki-laki itu membuka suaranya. Yang pasti, suaranya tetap berat seperti kebanyakan laki-laki lainnya. Kontras sekali dengan paras cantiknya itu.

"Ehm ... Bang Robinnya, ada?" tanya Vian balik.

Laki-laki itu mengerutkan keningnya sambil meneliti Vian dari atas sampai bawah, kemudian kembali lagi ke atas. Lalu menyedekapkan tangannya di dada seraya menilai Vian dengan satu alisnya yang terangkat tinggi.

"Lu pasti ke sini karena mau minta pertanggungjawaban, setelah diajak tidur sama dia, 'kan?" tanyanya. "Kalau iya. Mending lu pulang deh! Nggak usah ngarepin Robin lagi. Dia itu playboy!" katanya ketus.

"Hah? Tidur sama Bang Robin?!" Vian melongo dan sedikit bingung dengan pertanyaan laki-laki itu.

"Iya. Seharian ini udah enam orang yang datang ke sini nyariin Robin dan ngaku pernah tidur sama dia. Dan elu, orang ketujuh yang bertamu malam-malam begini nyariin dia. Emang besok udah nggak ada waktu lagi?"

"Tapi, aku ke sini bukan mau minta Bang Robin tanggung jawab. Ada sesuatu yang mau aku omongin sama dia. Kamu pasti Darell, 'kan? Sahabat Bang Robin. Kenalin ..., aku Vian. Adik angkat Bang Robin dari Jerman," ujar Vian seraya menyodorkan tangannya.

"Dari mana lu tahu nama gue?" tanyanya yang masih belum mau menjabat tangan Vian.

"Dia yang cerita."

"Oh ...," jawab Darell, lalu menerima jabat tangan Vian. "Sorry, tadi gue ketus sama lu," katanya lagi.

"It's okey. Bang Robin ada, 'kan?"

"Ada. Lagi tidur. Masuk aja! Gue panggilin dia dulu," ucap Darell seraya mengedikkan kepalanya dan membuka daun pintu lebih lebar agar Vian bisa masuk.

"Thanks," jawab Vian.

"Duduk aja! Lu mau minum apa?"

"Apa aja boleh."

"Gue kasih air kobokan aja gimana? Apa aja boleh, 'kan?" Darell mengulum senyumnya, sementara Vian mendengus kecil.

"Nggak papa sih, kalau kamu mau bikin anak orang keracunan air kobokan," seloroh Vian.

Darell terbahak seraya melangkahkan kakinya ke dapur. Meninggalkan Vian yang tercenung seorang diri di ruang tamu.

Tak berapa lama, Darell kembali membawa segelas limun dan meletakkannya tepat di depan Vian yang sedikit melamun melihat sekeliling ruang tamu yang dihiasi beberapa lukisan.

Ada beberapa frame yang dibuat membentuk pola segi delapan dengan banyaknya foto Darell dalam berbagai pose, terpajang di atas lemari kaca yang berisi botol-botol wine aneka jenis.

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang