Derap langkah kaki Dito semakin cepat memasuki lorong rumah sakit begitu dirinya sampai di sana beberapa menit yang lalu. Bahkan beberapa kali dia menabrak orang lain karena cemas dan terburu-buru.
Usai menghadiri rapat di kantornya dengan owner hotel yang sedang dibangun di kawasan Kemang, Dito mendapat kabar buruk mengenai Ines dari seorang sopir taksi yang tadi ditumpangi oleh istrinya.
Saking terkejutnya, Dito tak sempat berpikir hal lain lagi dan segera melesat menuju rumah sakit.
Ketakutan akan kehilangan bayinya, menghantui perasaan Dito kala sopir taksi tersebut memberitahukan bahwa Ines mengalami perdarahan di dalam taksinya. Perdarahan yang dialami Ines pada masa trimester ketiga kehamilannya ini, baru pertama kali dialami oleh istrinya itu.
Selama beberapa kali memeriksakan kondisinya ke dokter, kista yang diderita Ines memang menjadi faktor utama yang memengaruhi kehamilannya. Dito tidak tahu, apakah penyebab perdarahannya kali ini juga karena hal yang sama.
"Dokter!" panggil Dito saat melihat seorang dokter wanita baru saja keluar dari ruang Intensive Care Unit. Tempat di mana istrinya berada.
Dokter tersebut berpaling melihat Dito dan tersenyum ramah menyambutnya.
"Maaf, apa Anda suami pasien yang ada di dalam? Namanya Ibu Ines?" tanya dokter tersebut.
"Iya, Dok. Saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya sekarang, Dok?" tanya Dito cemas.
"Kita bicara di ruangan saya saja biar lebih enak," jawab dokter.
"Baik, Dok."
"Mari, silakan!"
Meski sudah tidak sabar ingin segera mengetahui kondisi Ines saat ini, Dito tetap mengikuti arahan dokter menuju ruang kerjanya.
"Jadi gimana, Dok?" tanya Dito begitu keduanya sudah sampai di ruang kerja dokter.
"Begini, Pak. Untuk saat ini, kami akan tetap memantau kondisi pasien sampai 24 jam ke depan. Kami juga sudah berhasil menghentikan perdarahannya. Kami minta, agar pasien bisa beristirahat dengan total sampai waktunya melahirkan nanti. Pasien juga tidak diperbolehkan melakukan aktifitas apa pun selain beristirahat dan mengikuti semua anjuran dokter," jawab dokter menjelaskan.
"Kira-kira, apa penyebab perdarahan itu, Dok? Apa bisa mengganggu kondisi bayi kami?" tanya Dito yang masih belum puas dengan jawaban dokter.
"Setelah kami melakukan pemeriksaan mendalam mengenai perdarahan yang dialami oleh istri Anda, kami menyimpulkan bahwa kondisi yang Ibu Ines alami ini, jika dalam dunia kedokteran disebut dengan Solusio Plasenta. Tapi yang Ibu Ines alami ini masih tergolong ringan. Dalam artian, kondisi plasenta, terlepas sebagian kecil dari dinding rahim sebelum waktunya proses persalinan. Dari hasil pemeriksaan USG, kondisi janin cukup kuat dan masih mendapat nutrisi yang cukup. Detak jantungnya normal, paru-paru bayi juga tidak mengalami gangguan. Tadi kami sempat khawatir bayi akan lahir prematur, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Perdarahannya tidak banyak dan tidak terjadi penggumpalan darah di rahim istri Anda, sehingga bayi masih bisa diselamatkan. Dan karena usia kandungan istri Anda masih 29 minggu, maka kehamilan masih bisa dilanjutkan sampai usia sembilan bulan. Tapi jika terjadi perdarahan kembali, maka kami harus segera melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan janinnya, berapa pun usia kehamilannya dan bagaimanapun kondisi janinnya saat ini," jawab dokter yang dengan sabar memberi penjelasan pada Dito.
"Semoga nggak terjadi perdarahan lagi, Dok. Saya nggak bisa bayangin gimana sedihnya istri saya kalau sampai dia kehilangan bayinya," kata Dito yang sedikit syok mendengar penjelasan dokter mengenai keadaan Ines.
![](https://img.wattpad.com/cover/66840716-288-k129417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
General Fiction[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...