Di Mulmed ada foto Bang Robin. Cakep ya 😍
⚫
⚫
Kemal yang baru saja kembali dari Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu. Langsung memacu mobilnya dengan cepat menuju apartemen Vian.
Sejak tadi, dia sudah sangat tidak sabar ingin segera sampai di apartemen laki-laki itu. Dari siang, dia sama sekali tak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Nama Vian terus saja berputar-putar di kepalanya.
Bahkan, beberapa kali dia salah memberikan instruksi pada pekerjanya. Kemal benar-benar tak bisa fokus, karena mengingat kejadian semalam di apartemen Vian.
Meski terkesan kekanakkan, kejadian semalam menjadi kenangan tersendiri bagi Kemal. Dan mungkin, itu adalah salah satu keinginan terpendam Kemal yang kini baru muncul setelah sekian lama.
Yang membuat Kemal ingin segera menemui Vian secepatnya, tidak lain karena dia merindukan panggilan yang disematkan Vian untuknya.
Cara Vian memanggilnya kemarin, membuat jantungnya melonjak senang. Baru Vian seorang yang memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Cara Vian memanggilnya, membuat namanya terdengar indah. Tentu saja Kemal menyukainya. Sangat menyukainya, malah.
"Mending, gue telpon Vian dulu. Siapa tahu dia nggak ada di apartemen sekarang," gumam Kemal lalu memasang earphone bluetooth di telinganya, mencoba menghubungkan panggilannya ke ponsel Vian.
Semenit kemudian, Kemal mengerutkan keningnya karena panggilannya tersebut tak kunjung dijawab oleh Vian.
"Vian, ke mana ya? Kok telpon gue nggak diangkat?" tanya Kemal bingung, lalu kembali mencoba menghubungi Vian.
Dua kali mencoba, usaha Kemal tetap gagal. Karena tidak ingin konsentrasinya terpecah antara jalanan dan Vian, Kemal pun memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan setelah memastikan jika dirinya tak melanggar rambu lalu lintas.
Setelah mendapat tempat yang pas untuk berhenti, Kemal pun mencoba kembali menghubungi Vian. Kali ini dia tak lagi memakai earphone-nya, melainkan langsung menempelkan ponselnya di telinga kirinya sambil sesekali melihat ke belakang spion, khawatir jika ada polisi lalu lintas yang menghampirinya, meski dia tak melanggar rambu-rambu larangan yang ada.
"Nih, orang apa ketiduran? Ditelpon nggak diangkat-angkat," gumam Kemal lagi lalu mengulangi menelepon Vian sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas stir mobil.
"Nggak dijawab juga," ucapnya lalu menghela napas pasrah. "Ya udahlah! Mending gue beli makan dulu, baru ke apartemen dia," putus Kemal akhirnya.
Dalam waktu kurang dari setengah jam, mobil Kemal akhirnya sampai di daerah Boulevard Raya, Kelapa Gading dan memilih untuk membeli Mi Dan Dan Kering di salah satu restoran mi di kawasan tersebut.
Usai membeli makanan, Kemal langsung melajukan mobilnya menuju apartemen Vian. Sembilan menit berselang, Kemal akhirnya sampai di sana. Buru-buru Kemal menaiki lift menuju lantai tiga puluh, tempat apartemen Vian berada.
Awalnya, Kemal tak merasakan kecurigaan sedikit pun saat sampai di depan kamar Vian. Namun, saat dia memencet bel di pintu apartemen laki-laki itu dan pintunya tak kunjung dibuka oleh Vian, Kemal pun mulai sedikit khawatir.
"Tumben banget Vian tidurnya ngebo gini, sampe nggak denger suara bel pintu?" gumam Kemal lalu kembali memutuskan untuk menelepon Vian.
Sampai sepuluh kali panggilan dicobanya, Vian tak kunjung menjawab panggilannya. Saat Kemal mendekatkan telinganya di daun pintu, Kemal bisa mendengar suara nada dering di ponsel Vian berbunyi nyaring. Itu artinya, ponsel Vian tidak sedang dalam kondisi getar atau diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
Fiction générale[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...