"Alta, sendirian aja? Dito mana? Biasanya kalian ke kantin bareng?" tanya Kemal yang baru saja duduk di depan Alta yang sedang sendirian di kantin.
"Kak Kemal. Aku nggak tahu, Kak. Mungkin masih di kelasnya. Tadi sih bilangnya gitu," jawab Alta seraya tersenyum manis. Kemal pun mengangguk mengerti.
"Gue duduk sini boleh? Nggak ganggu lu, kan?" tanya Kemal lagi.
"Duduk aja, Kak. Sama sekali nggak kok," ucap Alta masih dengan senyum manisnya.
Tak lama setelah obrolan singkat itu, Dito dan Clara masuk ke kantin. Tatapan mata sendu Alta bersitatap dengan mata hitam Dito yang sedikit sayu dan menyiratkan permohonan maaf untuknya.
Alta bisa melihat bagaimana Clara menggelayut manja di lengan Dito sambil memasang wajah angkuh pada semua siswa di kantin yang berbisik membicarakan mereka. Termasuk Kemal yang sedang mengikuti arah pandang Alta. Dia menatap Dito dan Alta secara bergantian dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue nggak tahu kalau mereka makin lengket aja?" tanya Kemal sedikit menggumam.
Alta diam saja tak menjawab gumaman Kemal tersebut.
"Mungkin karena gue udah nggak sekelas lagi sama mereka, jadi ketinggalan berita," ucap Kemal lagi sambil menatap Alta yang masih diam terpaku melihat Dito dan Clara yang duduk tak jauh darinya.
"Andai aku cewek," lirih Alta tanpa sadar seraya menghela napas panjang.
Kemal menaikkan satu alisnya seraya menatap Alta dengan sejuta tanya. Dia merasa mendengar Alta mengatakan sesuatu yang tidak terlalu jelas di telinganya.
"Huh? Lu ngomong apa barusan?" tanya Kemal untuk memastikan jika Alta memang baru saja mengatakan sesuatu.
Alta tersadar jika dia sudah kelepasan bicara dan segera mencari alasan agar Kemal tak curiga.
"E-ehm, bukan apa-apa kok, Kak," ucap Alta mengelak. "Oh ya, Kakak tumben sendirian? Kak Rian sama Kak Dion mana? Biasanya kalian bertiga?" tanyanya lagi dan langsung mengalihkan topik pembicaraan.
"Mereka di kelas, lagi ngerjain PR Matematika. Biasalah, anak rajin," jawab Kemal sambil terkekeh sendiri.
Alta ikut terkekeh kecil lalu melihat mangkuk bakso di depannya yang belum dimakannya sejak tadi, dan hanya mengaduk-aduk isinya tanpa minat.
Dua bulan ini, hubungan Alta dengan Dito berjalan dengan baik meski di sekolah dia tidak bisa bertingkah manja dengan sang kekasih.
Dirinya harus berpura-pura tidak cemburu jika melihat Dito bersama dengan Clara. Hal itu dilakukan karena untuk menghindari kecurigaan Clara dan seluruh siswa di sekolah tentang hubungan mereka berdua yang disinyalir lebih dari sekadar teman.
Meski mereka sering terlihat bersama, namun Alta harus menjaga tingkah lakunya agar tidak terlihat jika mereka adalah pasangan sejenis yang sudah resmi berpacaran.
Itulah konsekuensi yang harus diterima Alta jika dia ingin hubungannya dengan Dito berjalan lancar. Memang tidak adil, tapi itulah kesepakatan awal mereka.
"Kok cuma diaduk aja, Al, baksonya? Dimakan dong!" ujar Kemal karena melihat Alta yang sepertinya sedang melamun dan tidak berselera makan.
"Nggak selera, Kak," jawab Alta tak bersemangat.
"Nggak selera kenapa?" tanya Kemal ingin tahu.
Alta tak langsung menjawab. Dia kembali melirik Dito yang kini terlihat menertawakan apa yang diucapkan Clara padanya. Entah apa yang mereka bicarakan, karena sepertinya gadis itu terlihat bahagia.
"Nggak papa. Ehm ..., Kak Kemal habis ini mau ke mana?" tanya Alta yang lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.
"Nggak ada, paling balik kelas. Kenapa emang?" tanya Kemal balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
General Fiction[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...