Happy Sunday. Happy reading too ..
Manda PoV
"Apa loe juga akan ninggalin gue"ucapnya lirih.
Hatiku langsung berdesir.Apa maksudnya?
"Kak..."Aku menyentuh punggung nya.
"Sory ."ia melepas pelukannya.
"Gue bodoh. Harusnya gue gak bertanya kayak gitu.Gue udah tau jawabannya"Dia menuju lemari dan yang membuat ku heran mengapa dia mengepak semua bajunya ke koper?
"Kak apa yang kakak lakukan?"
"Gue ga mau tinggal di rumah ini lagi"
"Apa?? Lalu kak Lucky mau kemana?"aku menjejerinya saat ia menuruni tangga sambil menyeret kopernya.
Namun dia hanya diam."Non..Tuan Lucky mau kemana?"tanya Bik Sari yang sedang sibuk membersihkan ruang tamu. Beliau terlihat khawatir, takut sekaligus lelah. Ya pasti bik Sari ketakutan melihat amukan Kak Lucky tadi.
"Aku juga tidak tahu bik"jawabku.
Aku langsung ikut masuk ke dalam mobil sebelum ia menstater mobilnya."Loe ga perlu ikut"
"Enggak.Aku akan ikut kak Lucky"
"Ga perlu Man! "ia menaikkan nada suaranya.
"Aku akan tetep ikut"tegasku.
"Loe keras kepala banget sih"
"Biarin. Aku tidak akan membiarkan kak Lucky melakukan hal hal gila kayak tadi lagi"aku menatap matanya yang terlihat sendu. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam.
Aku tak tahu kemana tujuannya saat ini. Aku hanya menatap lurus jalanan yang ramai.
Mobil nya berhenti tepat di depan hotel. Baru ku mengerti sekarang. Kak Lucky tak mau tinggal di rumah itu lagi karena kenangan kak Susan pasti ada di setiap bagian dari rumah itu.Dan kak Lucky tak ingin kembali mengingatnya.
Kami pun turun dari mobil lalu memasuki hotel dan memulai prosedur check in.
"Kak bicaralah"ucapku karena sejak tadi dia hanya diam.Malah aku yang mengurus prosedur tadi.
"Apa yang mau loe dengar Man?Penyeselan gue? Penderitaan gue? Kesalahan gue?"Kak Lucky membuka pintu kamar dengan key otomatis.Kami segera masuk.
Dia meletakkan begitu saja kopernya dengan asal lalu berbaring di atas kasur.
"Aku minta maaf atas nama kak Susan"Dia langsung duduk dan menatapku.
"Jangan menyebut namanya lagi. Gue mohon.Lagian ngapain loe yang minta maaf. Loe juga tersakiti karena dia kan.Jadi stop membahas dia. Gue ga mau kemarahan gue muncul lagi"Dia kembali berbaring, menutup wajahnya dengan bantal dan membalikkan badannya membelakangi ku.
Hapeku bergetar di saku.Aku segera melihatnya.Di layar terpampang nama Hubby.
Ya Hubby adalah nama panggilan untuk Adit.Dulu aku pernah berujar padanya bahwa setelah menikah ia akan kupanggil dengan sebutan Hubby yang merupakan plesetan kata dari Husband.
Tapi kurasa semua itu hanya tinggal kenangan. Aku takkan bisa mewujudkan nya. Kecuali jika aku bercerai dengan kak Lucky. Tapi aku jelas tak tega meninggalkannya dalam kondisi jiwanya yang seperti ini.Aku tidak sejahat itu.
Aku masuk ke kamar mandi untuk menjawab telfon Adit.
"Halo Dit.Iya gue baik baik saja.. Luna? Oh dia juga baik baik saja. Gue belum tahu..
Cukup lama aku berbicara dengan Adit. Aku keluar dari kamar mandi dan berjalan menghampiri kak Lucky.Aku lalu duduk di tepi ranjang.
"Aku akan mengobati lukamu kak"Ucapku sambil memegang telapak tangannya yang penuh sayatan kecil kecil karena terkena pecahan kaca.Tapi dia langsung menarik nya.
"Biarkan saja"
"Nanti lukanya bisa infeksi"
Aku tak peduli dengan tolakannya. Aku lalu membalutkan sapu tangan ke telapak tangannya yang sebelah kanan."Kalau loe ga keberatan apakah loe mau menemani gue sebentar?"
Aku berfikir sejenak. Aku lalu mengangguk.Dia tersenyum kecil. Oh Tuhan mengapa dia tampak begitu manis saat senyum nya terukir di wajah?
Itu senyuman pertamanya kepadaku dan entah mengapa aku suka melihatnya.
Dia menggeser badannya agar aku bisa berbaring di sampingnya. Aku menjadi was was setiap kali kami tidur bersama.Aku takut dia akan bertindak sesuatu padaku. Meski itu wajar karena dia berhak memintanya, tapi aku tidak akan mau melakukan nya.
"Kak.. Apa kita tidak memberitahu mama dan papa kalau kita ada disini? "
Kak Lucky membuka separuh matanya.
"Akan gue beritahu besok. Oh ya gue lupa bilang ama loe kalau besok gue udah bekerja di perusahaan papa"ucapnya lalu menutup matanya lagi.
"Kita akan mulai membangun rumah kita sendiri"
Kita?Aku tak percaya dia mengucapkannya.Apa dia sedang mengigau?
"Loe bangunkan gue pagi pagi ya.Gue gak mau telat"
Dia terus saja berbicara dengan mata yang tertutup. Apa dia tidak mau melihatku dari jarak yang memang sedekat ini?
Mendengar kata bekerja aku jadi ingat tentang keinginan ku untuk bekerja di departemen luar negeri. Apakah dia akan mengizinkan ku bekerja?
"Kak. .."panggilku. Dia tak merespon. Mungkinkah dia sudah tidur? Secepat itu?
Ini masih jam 7 malam dan aku sama sekali belum mengantuk.Aku ingin sekali pergi keluar untuk mencari udara segar.Tapi dia sudah memintaku menemani nya. Akan ku tunggu saja dia sampai tidur pulas baru aku akan pergi.
##
Author PoV
Pukul 10 malam. Manda membuka pintu kamarnya dengan pelan pelan.Tadi ia keluar untuk makan di restoran hotel.Lalu ia lanjutkan dengan termenung sendirian di kolam renang. Ia tak sadar bahwa ia sudah terlalu lama pergi.Makanan yang ia pesankan untuk Lucky pun sudah dingin.
"Loe darimana?"
"Ahh.. !"Manda terjingkat.
Braak...
Karena kaget ia menutup pintunya dengan kencang.
"Astaga kak! Kau membuatku kaget"Manda mengelus dadanya.Bukan hanya kaget karena suara Lucky,melainkan karena Lucky tengah bertelanjang dada.Dengan nenunduk,Manda lalu menyerahkan sebuah kotak makanan ke Lucky.
"Aku membelikan mu makanan"ucapnya.Lucky melirik sekilas. Lalu menaruh nya di atas meja.
"Gue gak lapar.Loe kenapa nunduk gitu? "
"Eh gapapa"jawabnya sambil tetap menunduk"
Lucky pun menghampiri nya.
"Kak jangan mendekat"
Tapi Lucky terus mendekat ke arahnya sampai membuat Manda terpojok ke dinding.
"Kak please..apa yang mau kak Lucky lakukan"Manda mulai panik apalagi saat Lucky mendekatkan wajahnya dan jemari nya menyentuh tengkuk Manda.Membuat Manda seketika merasa geli.
*,*
Hoho.. Lanjutannya gimana ya kira kira? Jangan lupa voment guys 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You My Destiny?
RomansaManda harus menghadapi kenyataan bahwa hubungan yang dijalaninya bersama Adit selama 8 tahun harus berakhir karena ia dinikahkan paksa dengan calon kakak iparnya sendiri,Lucky. Masalah terus saja hadir dalam hidup nya.Puncaknya ia harus rela kehilan...