[2] Tanpa Sengaja

4K 196 9
                                    

2 :: Tanpa sengaja

"Dari detik pertama pertemuan kita yang di dukung semesta. Aku sudah jatuh perlahan padamu." - Valentine Princessa Natalie

"Lo tau hal yang paling menyenangkan buat gue? Jawabannya adalah ngelihat wajah kesalnya Cessa." - LIA

-Feel Real-

TIGA hari setelah Pengenalan Lingkugan Sekolah yang kerap di sebut PLS itu selesai pelajaran mulai berlaku seperti biasanya.

Beruntung Cessa sudah menemukan sahabat barunya di kelas X IPA 4 kali ini. Tapi di balik itu semua Cessa ternyata satu kelas dengan Levin!

Menyebalkan tingkat dewa yunani kalau ini mah.

Dan selama seminggu ini cowok menyebalkan dengan nama Levin Ivano Alastair itu selalu menganggunya dan memacu emosinya. Apalagi Levin itu duduk di bangku tepat di belakangnya. Menyebalkan!

Ini nih yang dinamakan akar kampret kuadrat sama dengan sial.

"Cess, ngeces lo ntar balik naik apa?" Levin menarik ujung rambut panjang Cessa saat itu. Nah kan menyebalkan, heran aja gitu tangannya ngga bisa diem. Kalau ngga noyor kepala, narik rambut dan banyak lagi hal yang membuat Cessa makin kesal.

Cewek dengan rambut hitam melebihi bahu itu menoleh ke arah Levin dengan tatapan membunuhnya. Dia paling kesal kalau diganggu sama makhluk macam Levin itu. "Lo tuh bisa ngga ngusilin gue?!" ujarnya kesal.

Melihat wajah kesal Cessa justru membuat Levin malah mengulas cengiran lebarnya. "Ngga bisa, gimana dong?" Ledek cowok itu dengan nada menyebalkannya itu.

 "Ngga bisa, gimana dong?" Ledek cowok itu dengan nada menyebalkannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mati aja sana lo," dengus Cessa.

"ITU DUA YANG DI BELAKANG KENAPA RIBUT SENDIRI?!"

Cessa lalu kembali menghadap ke depan tepatnya ke arah papan tulis. Disana Bu Trisminingsih yang tengah menulis di papan tulis menatap ke arah Cessa dan Levin yang tengah bercakap pelan di belakang sana.

Bercakap apanya? Yang ada berdebat dengan indah kalau sama Levin itu. Hash.

Mendengarkan kalimat mengejutkan guru Biologinya itu membuat Levin mengulas cengirannya. "Ini, Bu saya baru mau minjem pulpen sama Cessa. Pulpen saya tadi macet soalnya," sahut Levin sambil mengacungkan sebuah pulpen.

"Bohong, Bu. Si Levin mah tukang modus itu," sahut seorang cowok yang duduk di bangku paling pojok.

Levin mendengus ke arah cowok yang tengah menyengir ke arahnya itu. Gefano Adimas , cowok tampan dengan rambut hitam yang sengaja di acaknya lengkap dengan paras imutnya  yang menjadi sahabatnya dari bangku putih biru itu.

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang