52 :: Rengkuhan Rasa dan Asa
"Maaf aku ngga bisa nepatin apa yang aku ingin usahain lebih dulu. Maaf kalau aku harus pergi dan bikin kamu sedih. Aku ngga maksud gitu, tapi aku rasanya capek bertahan." — Levin Ivano Alastair.
Sosok Levin yang sebenarnya itu ada dan nyata. Tapi hanya sifatnya saja, ngga dengan jalan ceritanya. Karena aku akan selalu berharap dia baik-baik saja dan tetap mengulas senyumnya.
Aku hanya ingin mengukir sosoknya dalam cerita ini, mengulas kenangan yang pernah dilalui bersama.
Untuk kamu, sang tema disana. I, aku harap kamu tetap bahagia ya :))
Jangan lupa follow ig @officialnatchadiary
Ayo tulis pesan buat Levin 💙💙
Enjoy dengan mereka :))
-Feel Real-
LAKI-laki dengan setelan jas rapinya itu hanya bisa terdiam, merasakan atmosfer pada kamar anak laki-lakinya dengan pandangan menerawangnya.
Kamar itu benaran sepi sekarang.
Bahkan untuk ukuran kamar anak laki-laki saja kamar putranya itu tergolong rapi. Sangat rapi.
Levin, anak itu memang sedari dulu sudah menyita perhatian Alfa. Ketimbang Kakaknya dulu— Dava, Levin itu lebih kelihatan nakal dan bandelnya. Alfa hanya ingin yang terbaik bagi putra satu-satunya itu.
Sama seperti halnya dengan Dava, dia lebih mendidik keras Levin sedari kecil dulu, bahkan lebih dari yang dilakukannya pada Dava, karena putra sulungnya itu dulunya begitu menuruti peraturannya.
Berbeda dengan Levin yang kadang suka semaunya sendiri. Memberontak dari aturannya dan membuatnya kerap kali kesal pada pemuda itu.
Disentuhnya figura foto yang berada di atas meja belajar Levin, diam-diam Alfa memejamkan matanya.
Sebenarnya sering dia tanpa sengaja ketika malam hari melihat Levin belum tidur dan menghabiskan waktunya ditempat ini dengan lampu belajar yang menyala dan buku yang terbuka. Levin begitu gigih ingin membuktikan bahwa dia bisa.
Alfa sebenarnya tahu.
Tapi sifat bandel dan susah diaturnya lebih menyita perhatiannya. Beberapa kali dia sempat di panggil wali kelas Levin karena tingkah putranya itu. Alfa begitu benci harus menahan malu seperti itu.
Makanya dia begitu keras mendidik Levin dengan cara yang salah. Menuntut ini itu dari putranya itu.
Seharusnya Alfa menjaga Levin, bukannya mengulang kejadian yang menimpa Dava dulu. Harusnya kejadian ini tidak lagi terjadi. Harusnya dia bisa menjaga Levin, karena dia satu-satunya putranya sekarang yang harus Ia pertahankan.
Bukannya malah dia yang tanpa sengaja menjadi penyebab kepergian Putranya lagi.
Alfa bodoh rasanya. Dia hanya bisa terdiam setelah apa yang dilakukannya beberapa hari kemarin, yang menyebabkan pemuda itu berakhir di rumah sakit, dan Luna yang begitu membuatnya tak bisa barang mendekat pada Levin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...