[41] Dibalik Hujan

1K 70 46
                                    

41 :: Dibalik Hujan

"Aku harap kamu masih bahagia tanpa hadirnya aku." - Levin

"Kenapa kebanyakan orang itu suka banget terjun sama masalah orang lain yang belum tentu mereka tau? Bukannya nyelesain, malah tambah ribet." edisi Cessa koar-koar.

"Kenapa rasanya yang bisa ngertiin gue cuma lo?" - Davin.

"Dibalik rajutan aksaraku ini aku selalu menyelipkan namamu di setiap balik maknanya. Aku rindu kamu, rindu kamu, walaupun jarak antara kamu dan aku hanya beberapa langkah saja. Dekat tapi jauh, dan nyaman tapi semu." Natchadiary.

Terimakasih yang udah mau dukung Feel Real. Yuk yang jadi sider keluar yuk biar ramai.

Ayo main bareng!

So, silakan menikmati kisah Levin :)

-Feel Real-

REVAN mengerjap kaget begitu membuka pintu rumahnya dan mendapati sosok Levin begitu basah kuyup begini, tapi cowok itu justru mengulas senyumannya pada bibir pucatnya yang nampak seperti senyuman getir.

Iya, entah kenapa hanya karena kehujanan begini tubuhnya mendadak jadi lemas dan perutnya menjerit tak karuan seolah melilitnya dengan paksa. Hanya rumah Revan yang terdekat dari lokasinya tadi.

Semoga saja cowok itu tak keberatan direpotkannya begini. Levin hanya takut dia jatuh dijalanan saja. Ngenes saja kelihatannya.

"Van—" belum selesai Levin berbicara, Revan sudah menyahutnya lebih dulu.

Cowok itu mendelik menatap tubuh sahabatnya yang basah kuyup begitu. Hujan di luar sana memang begitu derasnya, bodohnya kenapa Levin masih saja nekat hujan-hujannan.

"Lo kayak bocah."

Levin hanya bisa tersenyum samar. Revan dan segala kepedasan mulutnya itu sudah biasa bagi Levin, karena cowok itu pedulinya memang begitu. Dengan ucapan pedasnya yang kadang membuat orang lain berpikir.

"Masuk, Sat. Jangan kelamaan di luar gitu. Mabok, ngga nanggung gue." Revan mengatakan hal itu sembari masuk kedalam rumahnya. "Bi, Revan minta handuk sama teh anget atau apa deh, Levin basahan gini kehujanan!" serunya pada asisten rumah tangganya yang tengah membereskan dapur.

Perempuan berusia empat puluh tahunan itu menganguk sembari tersenyum hangat. "Siap, Mas Revan!"

Melihat Levin masih bertahan di depan pintu rumahnya membuat Revan mendengus pelan. "Ngapain ngga masuk, ege? Mau nambah angin?" cibirnya sebal yang membuat Levin akhirnya melangkah masuk.

"Basah nih, airnya sampai mana-mana entaran."

Mendengarnya membuat Revan mendengkus sebal. "Lo sejak kapan jadi sok alim gitu? Biasanya juga malu-maluin." Dia memang heran dengan sikap Levin akhir-akhir ini.

Agak pendiam, lumayan anteng, dan jarang ramai. Sama aja kali semuanya. Tapi intinya Levin itu berbeda. Entah seperti ada yang di sembunyikan cowok itu.

Levin mengulas senyumannya. Tapi tiba-tiba saja perutnya bergejolak hebat dan membuat kakinya melemas begitu saja yang membuatnya segera memegang handle pintu utama rumah Revan. Melihat gerakan tiba-tiba Levin barusan membuat Revan mendelik dan berlari cepat menghampiri Levin yang beberapa meter di belakangnya itu.

"He, lo kenapa sih?"

Revan memegang lengan Levin dengan segera. Cowok itu nampak lemas sekali dengan bibirnya yang makin membiru kedinginan.

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang