[19] Jangan Jatuh

1.3K 89 0
                                        

19 :: Jangan Jatuh

"Aku bukannya takut jatuh. Aku hanya takut jatuh cinta sendirian." - Cessa.

"Cuma lo yang mampu membuat gue berkomitmen. Menetralisir sendu yang selama ini menemani gue dan mengubahnya menjadi senyuman tulus." - Levin.

"Di bawah rinai hujan di balik atap sekolah. Aku menyampaikan tautan aksaraku padanya, sang melodi yang indah untuk sang sastra." - Natchadiary untuknya sang tema dalam cerita ini.

-Feel Real-

"LEV ini seriusan lo lagi ngga kumat kan ya?" Cessa berucap sembari menilik penampilannya dari atas hingga bawah. "Lev."

Levin sendiri justru mengurai senyuman lebarnya hingga matanya menyipit. "Engga lah, gue sehat," balasnya dengan nada santai.

"Sumpah ya harus banget pakai ginian? Gila ah lo."

Lihat saja penampilan keduanya. Berbalut kostum dinosaurus. Cessa dengan warna pink dan abu-abu panjang berbentuk rok si tambah dengan topi terusan yang beraksen dinoasurus lengkap dengan tambahan ekor berpita di belakang roknya. Dan itu semua tenyata sudah di siapkan dengan baik oleh Levin. Cessa sampai geleng-geleng kepala rasanya.

Otak Levin rasanya sudah jatuh ke kerongkongan kali ya.

Levin sendiri dengan santainya mengenakan jaket berwarna perpaduan antara abu-abu dan putih serta topi pada jaket itu yang juga beraksen dinosaurus. "Gue kan sukanya yang anti meanstream. Lagian lucu kok."

"Iih lucu apanya coba." Cessa mencebik sebal sembari menatap Levin yang berdiri di hadapannya. Menyesal deh rasanya dia mengiyakan ajakan Levin tadi, bahkan membujuknya untuk menggenakan kostum agak kurang normal begini.

Iya mereka menggunakan kostum begini di tengah ramainya kebun binatang. Rasanya sudah macam satwa yang lepas saja, satwa langka lebih tepatnya. Iyain aja biar Cessa senang lah.

Levin mendekat satu langkah ke arah Cessa. Cowok itu memamerkan cengiran khasnya. "Lucu kok, Cess." ujarnya. "Apalagi kalau gini," tangan Levin terulur meraih tangan Cessa dan mendarat pelan di pipi cewek itu di bawah tangannya sendiri, mencubitnya pelan hingga memunculkan senyuman Cessa.

Cessa sendiri terkekeh pelan sambil menepuk tangan Levin yang berada di pipinya. "Sakit Leviiiiinn." ujarnya dengan nada gemas.

"Lucu banget, Cess." kekeh Levin sembari menggapit pipi chubby Cessa dengan gemas. Lalu mengacak puncak kepala Cessa yang tertutup topi.

"Leviiin ish." balas Cessa dengan nada kesalnya. Yang justru membuat tawa Levin kian menguar saja rasanya. "Lucu apanya coba?"

"Senyuman lo. Gue suka lihatnya."

Cessa membeku. Merasakan perasaan hangat yang mulai menelusup dan mulai merangkak naik menuju pipinya. Cewek itu lantas mengalihkan pandangannya dari wajah Levin ketika merasakan semburat merah pada pipinya.

"Jangan malu-malu, Cess. Biasanya juga malu-maluin kok." Levin terkekeh pelan.

Baru saja Cessa akan menyahut ledekan Levin barusan. Seorang ibu dan anak perempuan kecil menginterupsinya. "Dek, boleh minta foto kan. Anak saya pengen foto katanya." Ibu tadi berucap seraya menggandeng tangan putri kecilnya.

Cessa menatap heran dengan menaikan satu alisnya. Sementara Levin mengulas senyuman lebarnya. "Boleh bu, sini-sini dek." Ujarnya sambil berjongkok merentangkan tangannya yang membuat anak perempuan berambut hitam lembut itu berlari kearah Levin.

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang