28 :: Harapan Nyata
"Kadang semua kenyataan yang lo umbar itu gue ragukan. Tapi mau gimanapun gue bakal coba percaya." - Princessa Natalie.
"Gue cuma takut lo kehilangan gue sebagai sumber bahagia lo. Gue ngga mau binar bahagia lo meredup sendu." - Levin Ivano.
"Boleh aku merasa semuanya nyata? Tentang dia yang selama ini menjadi rajutan imajinasi berubah menjadi fakta yang aktual?" - Devia.
"Kalau bahagia dia adalah lo. Gue bisa apa?" - Dimas.
"Untuknya aku ingin berujar rindu dalam jarak tak kasat yang kian terbentang. Jauh, tapi dekat. Iya dekat dalam imajinasi dan rajutan aksara yang selalu bertema kamu." -Natchadiary.
Ada yang kangen update ngga? Sorry for slow update. Efek fullday school 😚😚
-Feel Real-
CESSA masih tak percaya dengan pemandangan yang terlihat dengan jelas di balik jendela—tepat di halaman. Pemandangan mengenai Levin yang sedang asyik bermain kejar-kejaran bersama anak-anak panti di sana.
Sementara cewek itu tengah membantu Bunda Abeth menyiapkan makanan untuk makan malam nanti. Senyumannya nampak hadir ketika melihat Levin dengan puasnya tertawa bersama mereka. Pemandangan yang jarang sekali Ia lihat.
"Senyum-senyum sendiri, Nak Cessa? Bahagia sekali kelihatannya." Suara lembut dari Bunda Abeth yang berada di sebelahnya membuat Cessa refleks menoleh ke arah perempuan itu.
Cessa tersenyum. "Ah, Bunda bisa aja," balasnya sembari melanjutkan mengelap puluhan sendok di sana.
"Levin kelihatan beda ya?" Bunda Abeth bertanya sembari tersenyum menatap pemandangan yang semula mencuri perhatian cewek itu.
"Banget, Bunda." Cessa menganguk dengan antusias. "Cessa aja masih ngga nyangka, species cowok menyebalkan kayak Levin itu bisa berubah sedemikian rupa kalau lagi sama anak-anak."
Bunda Abeth tertawa kecil mendengarnya. "Terkadang orang yang kelihatan selalu bahagia dan ceria itu tidak seperti apa yang di rasakannya sebenarnya."
Cessa refleks menoleh mendengarnya. Dia sampai mengangkat satu alisnya heran. Bingung dengan maksud perkataan Bunda Abeth barusan. "Maksud Bunda? Cessa kurang paham."
Sadar dengan ucapannya barusan membuat Bunda Abeth mengulum senyumnya sembari menggeleng pelan. Perempuan itu berdeham sejenak sebelum membalas. "Ah tidak apa-apa. Bunda kurang sadar saja barusan, lupakan saja." ujarnya.
Masih agak bingung dengan balasan Bunda Abeth barusan membuat Cessa memutuskan hanya menganguk singkat. Pandangannya kembali terarah pada Levin. Cowok itu nampak menepi sejenak dari kerumunan kecil tadi. Dia terlihat menunduk entah karena apa. Bahkan langkah cowok itu juga terlihat lunglai kalau Cessa tidak salah lihat. Tau sendiri kalau Levin itu anak yang kelewat hiperaktif dan ngga bisa diam.
Yang jelas Cessa merasa makin aneh saja rasanya. Dengan segera saja di hampirinya cowok itu dengan langkah tergesanya. Bahkan melupakan tugasnya bersama Bunda Abeth barusan.
Sampai di halaman belakang panti. Cessa lantas mengedarkan pandangannya. Cewek itu lantas tersenyum ketika menemukan Levin tengah duduk di salah satu bangku taman di sana. Masih dengan kepalanya yang menunduk, membuat Cessa agak menyipitkan matanya melihat pemandangan itu. Poni Levin yang lumayan panjang membuatnya susah untuk melihat apa yang terjadi pada cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...