11 :: Sebal
"Dia itu emang species cowok paling menyebalkan yang gue kenal. Herannya kenapa banyak yang naksir sama dia." Cessa.
Mendingan tekan bintang dulu. Dari pada abis kelar baca langsung di tinggal kabur.
-Feel Real-
CESSA berulang kali menguap sembari mendengarkan penjelasan Bu Trisminingsih yang mengampu pelajaran biologi bagi kelas sepuluh itu. Resha yang duduk di samping Cessa juga berulang kali menguap, saking bosannya dengan pelajaran yang satu ini.
Baru saja akan menyandarkan kepalanya di lipatan tangannya. Seorang di belakangnya sudah menarik rambut hitamnya yang sengaja di kuncirnya itu dengan cukup kencang.
Cessa mendengus pelan lalu menatap tajam Levin yang tengah menyengir ke arahnya. "Molor mulu lo gawenya, di marahin Bu Trisni baru tau lo."
"Bu Trismi, begok!" dumel Cessa.
"Ih, lo ngatain Bu Trismi begok."
Davin yang mendengar ucapan Levin barusan lantas mendaratkan keplakan pelan pada kepala Levin. "Lo yang begok, nying."
"Iih Davin kasar. Samaan kayak Cessa yang KDRT mulu sama Levin."
"Najis alay." Davin membalas.
"Bodo amat, Lep. Bodo amat."
Levin terkekeh pelan lalu menarik kembali rambut Cessa dengan kencang ketika cewek itu hampir menelungkupkan wajahnya kembali.
"Rese banget sih lo." Cessa menatap Levin dengan tatapan sebalnya.
"Rese itu bukannya udang yang kecil-kecil buat bumbu masak yang bahasa Indonesianya itu ebi ya?"
Cessa hanya diam saja. Membuat Levin makin gencar saja menggoda cewek itu. "Cess jangan molor mulu." Levin memang sengaja menarik-narik ujung rambut Cessa.
"Diam ah lo, banci Thailand!"
"Njir. Jahat banget lo!" Levin memekik heboh mendengar ucapan Cessa barusan. Sementara Davin yang duduk di sampingnya sudah tertawa terbahak-bahak.
Levin mencebik kesal ke arah Davin. "Diem ah upil macan."
"Levin Ivano ngapain kamu?!" Suara Bu Trismi lantas membuat pandangan satu kelas tertuju pada satu titik. Levin yang tengah cengengesan lebih tepatnya.
"Ngga ngapa-ngapain, Bu."
Davin mengulas senyuman penuh artinya ke arah Levin. "Bohong, Bu. Dari tadi mah ngengangguin Cessa aja."
"Ngga, Bu. Davin bohong. Levin dari tadi cuma duduk manis aja kok."
Resha yang mendengar nada sok polos dari Levin barusan langsung menyahut. "Iuuh alay lo banci taman lawang."
"Tuh kan, Bu. Levin yang teraniaya di sini. Ngga Davin, Cessa, Resha. Sama aja." Levin mecebikkan bibirnya kesal.
Bu Trisni menghela napasnya pelan. "Levin kamu pindah duduk sama Naura di depan!" Perintah Bu Trismi membuat Naura melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...