22 :: Buncahan Kecewa.
"Apa rasanya ketika lo mulai perasaan sama dia. Dan dengan mudahnya dia biasa-biasa aja?" - Dia perempuan.
"Gue capek, Cess. Capek selalu bersembunyi di balik senyum yang selalu coba gue urai di depan lo." - Levin.
"Gue terlalu takut untuk memulai dan gue juga ragu untuk mengikat." - Dia laki-laki.
"Disini di balik atap sekolah. Aku hanya bisa menatap kilasan senyummu tanpa ada cara untuk mendekat." - Natchadiary
-Feel Real-
MOBIL sport milik Dimas akhirnya berhenti di pelataran sebuah rumah megah yang ramai sekali malam hari ini dengan puluhan mobil mewah yang berjajar rapi. Ornamen lampu-lampu yang menggantung menambah semarak pesta yang di adakan dalam rumah itu.
Cessa menatap sekitarnya lalu menoleh ke arah Dimas. "Ih Dim ramai banget, mana ngga ada yang gue kenal lagi." Cewek itu mencebik.
"Kan ada gue yang lo kenal, ya ngga?" Cowok itu membalas sembari menaik turunkan alisnya.
Cessa memutar bola matanya malas. "Apasih sok receh lo," balasnya dengan nada kesal. "Dim, seriusan gue. Mana kayaknya banyak amat model di sini." unjuknya ketika sedari tadi matanya menangkap sederet cewek dan cowok yang kerap berseliweran di sana.
Dimas tersenyum lalu meraih tangan Cessa dan menggenggam tangan cewek itu membuat Cessa sempat terkejut karenanya. "Lo tenang aja, Cess. Lo juga cantik kok, show your true colors. Don't be afraid, I'll keep you by my side. Trust me." ujarnya sembari menatap Cessa.
"Ya tapi mereka cantik-cantik gitu, Dim." Cessa membalas.
"Percaya deh sama gue, Cess. Setiap cewek itu punya kelebihan masing-masing. Sama-sama cantik tentu iya, tapi ngga semua cewek bisa kasih kenyamanan, kayak apa yang gue rasain ke elo." Dimas mengucapkannya dengan nada seriusnya sembari tersenyum manis. "Percaya deh sama gue."
Mau tak mau Cessa akhirnya tersenyum. Perlahan dia lalu melepaskan genggaman tangan Dimas lalu melepaskan seatbeltnya. "Yaudah ayo, kali aja banyak cogan kan di dalam." Cessa terkekeh.
"Idih padahal di samping lo udah ada cogan." Dimas tertawa pelan membuat Cessa meninju lengan Dimas dengan pelan. "Apasih geli."
"Yaudah tunggu sini," ucap Dimas sembari membuka pintu mobilnya dam berjalan memutar sisi mobil lalu membuka pintu mobil pada bagian Cessa. "C'mon Princess."
Cessa tersenyum lalu menyambut uluran tangan Dimas. "Dimas lo ada-ada aja." kekehnya sambil menatap Dimas.
"Yaelah gitu aja baper lo?" Ledek Dimas sembari menatap Cessa balik.
"Pede banget sih," balas Cessa sembari memutar bola matanya malas.
Dimas itu memang menyebalkan, tapi manis, hanya itu yang sekarang berada dalam anggapan Cessa. Tanpa jantung yang berdegup kencang tanpa alasan-- netral, tangannya tidak sedingin dulu juga. Tapi tetap saja ada perasaan aneh yang menelusup pada relungnya kalau sampai Devia melihat hal ini tanpa penjelasannya.
Cukup buat Devia menjaga jarak dengan gue. Gue yang akan kejar dia, pangkas jarak yang sudah dia bangun sekalipun harus relain Dimas. Ya, gue bakal lakuin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...