44 :: Penawaran
"Salah satu alasan aku bertahan itu hanya kamu." - Levin.
"Aku benci mengatakan rindu saat jarak diantara kita benaran terbentang tanpa kata. Walaupun hanya beberapa langkah saja, tetap rasanya aku rindu." - Natchadiary
-Feel Real-
LEVIN merutuki mulutnya yang asal bicara tadi pada Delta. Masalahnya mulutnya itu dengan santainya mengatakan hal yang begitu jujur pads Delta. Sial.
Penyakit itu. Penyakit yang selama ini di tutupnya dengan rapat. Belum ada yang tahu sama sekali.
Tapi sekarang?
Delta, Mama tirinya itu justru yang mengetahui lebih dulu mengenai sakitnya. Sakit yang begitu membuat Levin frustasi sendirian.
Kanker lambung stadium dua?
Bahkan kata dokter kemarin penyakit itu akan lebih membuatnya tak bisa apa-apa jika tidak segera di obati. Masalahnya melakukan rangkaian kemoteraphy masih membuat Levin takut untuk melangkah.
Karena dengan melakukan pengobatan itu berarti juga membuat orang lain perlahan akan tahu. Mengingat efek samping yang ditimbulkan begitu kentara.
Levin hanya takut membuat semuanya khawatir saja dengannya. Dia tidak suka dikasihani. Levin itu kuat, bukan anak lemah.
"Goblok, goblok dah lo, Lev."
Cowok tu mengusap wajahnya frustasi mengingat semuanya. Semua yang dikatakannya pada Delta tadi. Cukup simpel sebenarnya. Tapi efeknya jauh dari kata simpel baginya.
Levin benci Delta mengetahui rahasia besarnya. Dia begitu benci terlihat lemah di depan perempuan satu itu. Perempuan yang begitu dibencinya selama ini, perempuan yang menyebabkan Luna merasakan sakit selama ini. Levin sangat benci karenanya.
"Bunda..Levin takut," gumamnya sembari menatap foto Luna yang nampak tersenyum hangat di ponselnya.
Foto itu diambil saat kelulusan SMP tahun lalu. Saat Luna datang merangkulnya, mengecupnya dengan bangga dan mengusap rambutnya dengan lembut. Levin senang mengingat momen menyenangkan itu. Tak begitu lama setelahnya karena Alfa langsung menggeretnya menjauh dari Luna.
Tak sampai disitu, di dalam mobil habis dia diceramahi panjang kali lebar oleh Alfa karena nilainya yang tidak begitu sempurna. Levin benci melihat Bundanya hanya bisa diam karena Alfa tak sendiri, ada Delta disampingnya saat itu.
Levin benci kebahagiaannya itu direnggut begitu saja oleh Ayahnya sendiri. Ayah kandungnya yang entah tak bisa menganggapnya anak sendiri.
Saat itu Levin hanya bisa diam. Mendengarkan semua makian Ayahnya yang ditujukan untuknya. Levin hanya bisa diam, mengetikan sebuah pesan singkat pada Davin agar menjaga Bundanya saat itu.
Iya, Levin hanya bisa berusaha sampai disana.
Mengingat luka itu membuat Levin tanpa sadar memejamkan matanya. Meresapi semua sakit yang berkumpul menyiksanya, mengejek hatinya yang begitu lemah dengan perih ini. Perih yang terus menerus mengusik hatinya, mengusik pertahanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/116900574-288-k897729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...