[7] Insiden

2K 102 1
                                    

7 :: Insiden

"Katanya gue dan elo sahabatan. Tapi tetep aja sifat menyebalkan elo ngga hilang. Malah kian jadi aja." - dari Cessa untuk Levin.

"Banyak quote yang bilang kalau cewek dan cowok itu bisa sahabatan. Tapi sayangnya gue bukan penganut quote itu." - Levin Ivano Alastair.

-Feel Real-

HARI ini Sabtu.

Hari favorit Cessa karena sekolahnya menetapkan peraturan untuk mengenakan seragam batik hari ini.

Dan Cessa sangat senang mengenakan seragam batik miliknya. Karena hanya seragam batiknya saja yang pas melekat di tubuhnya, tidak seperti seragamnya yang lain.

Agak membuatnya tenggelam karena kegedean, ya walaupun hanya sedikit.

Dia sempat berdebat denhan Mamanya saat itu. Iya hanya karena seragamnya yang agak kegedean.

Kamu tuh sudah anak SMA kok ya mau pakai seragam kekecilan kayak anak TK gitu. Ngga pantes.

Begitu kata Mamanya dulu saat melakukan pengukuran di penjahit yang akan menjahit seragam SMA nya beberapa bulan yang lalu.

Alhasil, hanya seragam batiknya saja yang pas melekat di tubuhnya. Itu pun harus menggunakan jalur berdebat kecil dengan Mamanya.

"Res, tugas lo gimana? Udah lo kerjain belum?" Cessa bertanya pada Resha yang tengah sibuk mengaduk es tehnya yang sudah berembun di bagian luar gelasnya.

Resha, cewek berambut lurus itu mendengus pelan. "Satu huruf aja belum, Cess. Dimas aja bodo amat sama tugasnya, gue juga malas ngerjainnya," dumel cewek itu. "Lo sendiri gimana?"


Cessa menggeleng. "Gue juga belum apa-apa. Si Davin lagi sibuk latihan sama tim basketnya mulu, jadi ya belum sempat," balas Cessa enteng.

"Ini nih yang bikin gue sebel sama Bu Yasinta. Katanya kerja kelompok, tapi kok anggotanya cuma dua. Cowok sama cewek pula. Yang ada namanya kerja berpasangan, bukan kerja kelompok." Resha terus saja mendumel karena tugasnya itu. "Palingan entar cuma gue yang ngerjain."

Cessa terkekeh pelan sambil menyeruput es tehnya. "Ngedumel mulu lo. Coba deh di omongin dulu sama si Dimas, kali aja dia mau, Res."

"Ogah. Anaknya tuh usil bin nyebelin, Cess. Gue jadi malas." Resha mendumel sebal jika menyangkut tingkah cowok satu itu.

Kalau Cessa punya Levin sebagai mood braker dan partner berantem. Resha punya Dimas yang setara dengan Levin. Haih.

Cessa membalas. "Sok tau loo," sahutnya. "Dia tuh anaknya baik ya, easy going juga kayaknya." Begitu balasnya. Karena menurutnya Dimas memang begitu, kalau sama dia sih.

Resha yang sedang menyeruput es tehnya menggunakan pipetnya itu langsung tersedak begitu saja mendengar penuturan Cessa barusan. "Uhukk..mana ada, Cess. Dia tuh nyebelin parah ya." Cewek itu memutar bola matanya malas.

Mendengarnya membuat Cessa mengernyit. Dia berdeham pelan. "Nyatanya gue dulu pernah ngga sengaja numpahin jus jeruk ke seragamnya, dia ngga marah tuh sama gue," balas Cessa mengingat kejadian antara dirinya dengan Dimas sewaktu di kantin beberapa bulan yang lalu itu.

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang