29 :: Tentang Sebuah Rasa
"Gue akan berusaha bertahan asalkan binar bahagia lo ngga meredup sendu." — Levin.
"Gimana perasaan lo ketika sahabat lo lagi susah dan lo ngga tau. Simple, rasanya kecewa." — Cessa.
"Gue ngga mau munafik. Kalau sebenarnya ada perasaan cemburu ketika gue melihat binar lo tertuju untuk dia." — Davin Aksara.
"Boleh gue berujar dengan Tuhan agar gue bisa lebih dekat dengan lo, seseorang yang selama ini selalu menjadi bayang imajinasi gue." —Devia.
"Aku sudah mulai mencoba dengan hal yang baru. Tapi kenapa poros rindu itu masih tertuju dan selalu terpusat dengan kamu. Tawa kamu, kebiasaan kamu, tingkah konyol kamu, dan kenangan yang kamu torehkan. Dan kalau aku boleh bertanya, gimana kabar kamu? Bahagia dengan dia yang baru?" — curhatan author.
Kasih vomments yang panjang di chapter ini guys. Kalau masih mau lanjut update😉
-Feel Real-
CESSA mengigit bibirnya dengan gemas. Heran karena sedari semalam Levin menghilang. Tau sendiri biasanya itu anak kerjaannya bikin rusuh chat roomnya dengan Cessa. Tapi semalam, Levin benaran anteng.
Dan antengnya Levin itu bikin Cessa cemas. Iya, masih ingat dengan kejadian di panti kemarin kan. Cowok itu terlihat pucat, apalagi di tambah dengan mimisan segala. Cessa yakin Levin tidak baik-baik saja seperti apa yang di katakan cowok itu kemarin.
Bahkan waktu Cessa memaksa jika dia bisa pulang sendiri karena rumah mereka yang tidak searah. Levin tetap saja kekeuh harus mengantarkan Cessa. Walaupun wajah tengil Levin itu di gantikan dengan senyum tipis dan wajah pucatnya. Herannya tetap saja dia berujar, dia tidak mengapa.
Everything is gona be alright.
Nyatanya? Pagi tadi Levin bahkan tidak menjemputnya berangkat sekolah seperti hari-hari biasanya. Cessa makin kalut rasanya. Terlebih ponsel cowok itu yang non aktif, entah kebetulan atau apa yang pasti hal itu makin membuat Cessa gemas.
Bahkan jam sudah menunjuk pukul tujuh lebih sepuluh begini Levin tidak hadir di kelas. Sama halnya dengan Dimas dan Devia. Cessa makin heran kemana mereka pergi? Sengaja atau tidak atau jangan-jangan mereka bertiga berkonstelasi? Sudah kayak bintang aja. Oke ga penting.
Intinya Cessa sedang khawatir sekarang.
Pelajaran sejarah di jam pertama dan gurunya yang sangat on time seharusnya membuat Cessa senang karena itu mata pelajaran kesukaannya. Tapi berbeda dengan sekarang. Di sengolnya siku Resha yang sedang asyik mencatat tentang perkembangan sejarah kerajaan Islam di Indonesia. "Resh."
Cewek berambut cokelat lurus itu lantas mengalihkan pandangannya dari layar proyektor ke arah Cessa yang duduk di sampingnya. "Hm?"
"Lo tau ngga si Devia kemana? Kok tumbenan dia ngga berangkat. Tau sendiri kan itu anak doyan banget sama pelajaran sejarah," bisik Cessa sembari menilik Bu Siti yang sedang menjabarkan materi di tengah kelas.
Perlu di ketahui saja kalau Bu Siti Alwi yang mengajar sejarah adalah guru paling peka, jadi kegiatan apa saja yang di lakukan muridnya. Beliau bisa tau walaupun tatapan matanya tak terarah ke sang murid. Ajib bener deh, suer. Makanya harus hati-hati kalau mau bikin rusuh di jam pelajaran sejarah. Bisa-bisa di suruh nyebutin nama raja kerajaan Malaka pakai urut nama panjang segala. Beh, top bener deh kalau seriusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Novela JuvenilFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...