[8] Muak

1.7K 106 1
                                    

8 :: Muak

"Hati itu tidak mencari. Dia jatuh dengan sendirinya. Dan hati gue sudah jatuh sejak gue ngelihat lo untuk yang pertama kalinya." - Cogan X IPA 4.

-Feel Real-

SELAMA pelajaran sejarah yang merupakan pelajaran lintas minat bagi anak IPA. Levin yang biasanya menjadi biang rusuh berubah menjadi pendiam. Macam kesambet jin di daerah mana gitu.

Revan yang kali ini duduk dengan Levin saja jadi heran sendiri melihat tingkah sahabatnya dari masa putih biru itu hanya diam saja begini.

"Lo kenapa deh, Lev? Tumben amat diam aja." Revan memulai pembicaraan dengan partner semeja Davin itu. "Ngga biasanya."

Levin menghela napasnya kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levin menghela napasnya kasar. "Perasaan lo kali, gue biasa aja." Levin membalas sambil menancapkan kabel earphonenya dengan ponselnya lalu menyumpal kedua telinganya sembari menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja.

Revan terkekeh pelan. "Cessa ngga ada jadi bete akut gini lo, ck ngga percaya gue." Ledeknya sembari menepuk bahu Levin pelan.

Pasalnya Cessa dan Davin itu tengah absen pelajaran jam terakhir hari ini karena harus mengikuti rapat Osis dadakan tadi. Membuat mereka mendapatkan dispensasi.

Levin mendengus. "Sok tau lo."

"Bukannya gue sok tau, Lev. Tapi emang gue tau," kekeh cowok manis itu. "Lo naksir sama dia. Ya kan?"

"Ngawur!" Refleks Levin menoyor kepala Revan saat itu. Levin kadang heran sendiri rasanya dengan Revan yang hampir selalu benar menebak pikirannya.

Levin jadi sangsi kalau Revan ini percis kayak Edward Cullen yang bisa baca pikiran orang.

"Ekhm..Levin Ivano, Revan Rulliano!"

Kedua cowok berseragam batik itu lantas mengalihkan pandangannya ke arah Bu Siti, guru sejarah lintas minat yang sedang menatap mereka dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa kalian malah asyik mengobrol ketika saya sedang menerangkan materi?" ucap Bu Siti sambil bangkit berdiri lalu berhenti tepat di tengah kelas dan menatap sengit kedua muridnya yang terkenal membuat onar itu. "Bisa jelaskan?"

Levin memutar bola matanya ke arah Revan yang tengah mengeluarkan jurus ampuhnya ke arah Bu Siti. Senyuman manisnya itu.

Sial, semua gara-gara tingkah sok cenayang Revan itu.

Heuh, untung lo teman gue, Van. Levin membatin sambil melepaskan earphone yang sedari tadi menyumpal kedua telingannya.

Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang