27 :: Dirinya yang Berbeda
"Kadang gue ngerasa dia itu sama dengan cowok yang lain. Tapi kali ini boleh kalau gue bilang dia berbeda? Lebih istimewa gitu?" - Cessa
"Lo adalah mimpi gue yang menguar jadi kenyataan." - Levin.
"Gue rasanya ingin egois, tapi kalau ngelihat lo bahagia dengan dia. Gue bisa apa?" - D
-Feel Real-
SIANG. Matahari sedang terik-teriknya sembari membaur dengan keceriaan awan putih yang mengumpal seperti permen kapas pada langit biru di balik teralis jendela kelas.
Seperti biasa juga makin siang kelas X IPA 4 memang tetap ramai. Bahkan semakin ramai-membuat wali kelas mereka geleng-geleng kepala melihat pemandangan setengah tahun di kelas ini. Kelas yang membuat para guru kadang merasa angkat tangan dengan keramaian kelas ini.
Bahkan deretan rumus fisika di depan kelas yang menampilkan rumus gerak menikung di jalan justru menjadi bahan candaan kelas itu. Bukan di anggap sebagai beban, walaupun harus melahap rumus di jam terakhir seperti ini.
"Ihh..si Putri tuh emang bener anak IPA ya," seru suara Tama yang mendominasi kelas di saat beberapa siswi sedang asyik mencatat rumus baru itu dari papan tulis.
"Ha kok bisa, Tam?" Putra menyahut sembari menilik ke arah Putri yang duduk di depannya bersama Videlia.
Tama terkekeh. "Wo ya jelas bisa. Wong dia dapat rumus menikung kan dari rumus fisika, ya ngga Bu." Cowok itu berujar pada Bu Siti-guru fisika sekaligus wali kelas mereka.
Putri yang mendengarnya langsung melemparkan tatapan datarnya pada Tama yang sialnya adalah teman sekelasnya sejak SMP dulu. "Apa sih apa? Emang gue nikung siapa?" balasnya dengan nada kesal.
"Noh, Dit. Lo kagak di akuin lagi. Kalau gue mah mending ganti yang baru, Dit." Gantian Radit yang menyahut sembari terkekeh geli ke arah Adit yang duduk di belakangnya.
"Setuju, Dit. Ganti yang baru aja," sahut Putra yang merupakan partner semeja cowok jangkung itu yang sedari tadi hanya tersenyum geli mendengarnya.
"Heh ngawur, ngga boleh." Putri menjulurkan lidahnya ke arah gerombolan siswa di sayap kanan kelas itu yang senang sekali memicu perdebatan kecil di kelas.
Raihan yang sedari tadi tertawa akhirnya membalas. "Halah masih sering flashback sama mantan gitu, Dit. Ganti aja, ya ngga, Put?" tanyanya meminta kompromi dari Putra.
"Hoo, entar mewek kayak kemaren lagi," ledek Putra sembari terkekeh geli mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
Iya, beberapa hari yang lalu tepat saat jam istirahat kedua. Gerombolan cowok rese itu memang sengaja membajak handphone Putri dengan mengutak-atik isi galerinya yang masih ada beberapa fotonya dengan yang katanya mantan terindah. Ya jadilah tersebar kemana-mana.
"NGACO! Putri kan seterong kali, yakali gue nangis. Emangnya Cessa apa waktu mau pelajarannya Pak Totok aja pakai nangis dulu," cewek jangkung yang hobi main basket itu lantas melirik ke arah Cessa dengan tatapan jahilnya.
Mendengarnya membuat Cessa mencebik kesal. "Ih ga usah di bahas lagi, rese." Cewek itu mencebikan bibirnya kesal mengingat kejadian memalukan itu.
Kelas langsung di penuhi gelak tawa mendengarnya. Bahkan seolah lupa kalau di depan kelas masih ada Bu Siti yang hanya duduk di meja guru sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan anak didiknya tahun ini. Kelewat hiperaktif, seolah baterainya habis di cas terus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...