18 :: Poros Rindu
"Entah sejak kapan aksaraku selalu berporos rindu padanya." - Cessa.
"Aku bukanya takut meninggalkanmu. Aku hanya takut binar teduhmu itu menguarkan sendu." - Levin
"Masih di sini dengan rasa yang masih sama. Rindu yang menguar dan benci yang mulai terkikis hilang." - Catatan Author.
-Feel Real-
LAJU mobil berwarna hitam itu nampak santai di tengah ramainya jalanan ibu kota yang merayap ramai menghapus jejak sepi yang terkikis.
Efran terkekeh melihat Cessa yang tengah sibuk dengan buku sejarah di pangkuannya. "Ih kamu ini malah komat-kamit sendiri. Baca Mantra apaan kamu? Perasaan Papa ngga Pernah ngajarin kamu mantra gitu deh."
Cessa mendengus. Heran saja rasanya Papanya itu selalu saja begitu. "Cessa lagi belajar ih Papa mah nething mulu."
"Lah abis serius amat. Kayak mau Ujian Nasional aja." Kekeh laki-laki yang pagi ini menggenakan setelan jas warna abu-abu tua itu.
"Abis gurunya nyebelin. Salah satu kata aja masa di coret, mana Cessa semalam ketiduran lagi." Dumel Cessa dengan bibir yang mencebik lucu. "Sejarah lagi. Susah tau, Pa."
Efran membalas. "Heleh sejarah masa ga bisa. Cemen banget kamu. Cuma mengulang masa lalu masa susah. Ga bisa move on berarti kamu."
Cewek berambut hitam yang sengaja di kepangnya itu melemparkan tatapan datarnya pada sang Papa. Seriusan Papanya itu sepertinya tak pernah serius. "Ih Papa. Cessa seriusan tau."
"Jangan serius-serius, Cess. Bawa santai aja."
Cessa mengerutkan alisnya. "Tumben, Pa. Agak bijak dikitan gitu."
"Lah iya lah, orang Papa sama Mama aja belum siap-siap masa iya kamu udah mau serius aja. Siapa emang yang mau seriusin kamu? Ngelamar kamu apa langsung cusskan?"
Dan demi apapun kalimat Efran yang terdengar santai barusan membuatnya melongo. Lagi-lagi terjebak dalam kalimat Efran yang banyak zonknya. Benar-benar susah di tebak, ngalahin jebakan batman deh suer. "Ya ampun Papa, kejauhan. Cessa masih sekolah. Baru kelas sepuluh juga, Pa."
"Ya yang bilang kamu kelas dua belas juga siapa?"
Cessa menepuk pelan keningnya menggunakan LKS sejarahnya. Harus benaran sabar menghadapi Papanya yang sebelas dua belas dengan Levin itu. Ngga jelas, ngalor ngidul, dan membuat Cessa pusing sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Real
Teen FictionFeel Real "Ketika cinta itu hadir." a teenfiction by natchadiary Remaja, pasti erat kaitannya dengan persahabatan dan cinta. Seperti halnya yang dialami oleh Cessa. Dimulai dari hari pertama masa putih abu-abunya yang langsung di hadapkan dengan c...